KOMPAS.com - Jauh di pedesaan Transylvania, Rumania terletak sebuah tambang garam kuno bernama Salina Turdan yang sudah ada sejak lebih dari dua ribu tahun lalu.
Saat ini, Salina Turda justru berubah 180 derajat menjadi tempat pariwisata turis. Tak kurang dari ribuan pengunjung datang menuruni poros vertikal Salina Turda untuk bermain mini golf, bowling, dan melihat keindahan danau bawah tanah.
Selain sebagai tambang garam, Salina Turda dulunya pernah menjadi pusat penyembuhan orang berpenyakit paru-paru.
Fotografer asal Inggris, Richard John Seymour baru-baru ini mengunjungi Salina Turda untuk mendokumentasikan pemandangan yang mengubah manusia.
"Memotret tempat ini adalah sebuah tantangan, bukan semata-mata karena skalanya. Tapi lebih ke manusia yang diletakkan dalam sebuah perspektif dan perbedaan antara alam dan buatan manusia sangatlah buram," ucap Richard.
Tambang Salina Turda telah mengisi pundi-pundi harta Raja Hungaria dan Kaisar Hadsburg terutama selama abad 13 ketika garam lebih berharga daripada emas dan membuat penderitaan bagi masyarakat lokal selama berabad-abad.
Sejak aktivitas tambang ditutup pada 1932, Salina Turda sudah banyak memakan korban. Setelah ditutup, Salina Turda dijadikan tempat perlindungan selama Perang Dunia (PD) II dan bahkan pernah juga menjadi pusat penyimpanan persediaan keju.
Salina Turda kembali dibuka sebagai lokasi pariwisata turis pada 1992. Melalui investasi sebesar 6 juta euro atau sekitar Rp 90,2 juta dalam kurun waktu 16 tahun kemudian, Salina Turda direnovasi dan digunakan kembali sebagai sebuah museum dan taman.
Dua tambang luas dan besar menjadi sebagian besar daya tarik bagi para turis yang berkunjung. Di dalamnya, sekelompok arsitek Rumania berkolaborasi untuk membuat kincir ria, fasilitas spa, dan kapsul duduk.
Ada pula tambahan sebuah teater dengan kapasitas maksimal 80 kursi yang memiliki latar belakang dekoratif berupa stalaktit dan formasi garam.
Sebelum masuk ke dalam tambang, para pengunjung diberikan halotherapy dengan tujuan hanya menghirup udara murni.
Tambang Salina Turda berbentuk lonceng adalah yang terbesar dengan tinggi 90 meter. Pada bagian bawahnya terdapat sebuah danau asin yang airnya berasal dari air meteorik dari tanah dan danau.
Ini memberikan salah satu atraksi paling populer, yakni wisata perahu kecil ala Venice.
Richard yang menangkap banyak gambar di Salina Turda mengaku sangat kagum dengan konsep pariwisata yang ditawarkan Salina Turda.
"Saya sering tertarik ke dalam kontradiksi pekerjaan saya tatkala heroisme, idealisme, atau keepikan memenuhi realitas duniawi. Salina Turda mewujudkan ide ini dengan sangat baik. Ini adalah sebuah monumen bersejarah yang tak dapat disangkal menggunakan teknik indah dan usaha manusia, tetapi sekarang digunakan sebagai taman dengan meja ping pong, bowling, dan perahu," jelas Richard.
Menurut Richard, penjajaran seperti yang terjadi di Salina Turda menimbulkan pertanyaan tentang nilai arsitektur dan ruangannya pada masa ini dan kaitannya dengan nilai historis lokasi tersebut.