"Ongkos infrastruktur selama 10 tahun ke depan berkisar 500 miliar dollar AS," ujar Steve saat seminar bertajuk "Sustainable Infrastructure: Financing Smart City Development" di Hotel Crowne Plaza, Jakarta, Kamis (28/1/2016).
ADB, kata Steve memiliki batasan anggaran untuk mendanai proyek-proyek di Indonesia. Ia memprediksi, anggaran untuk proyek-proyek infrastruktur fisik, baik perumahan atau jalan, mencapai 2 miliar dollar AS per tahun.
Anggaran ini juga bisa digunakan untuk membenahi sistem sanitasi dan air bersih.
"Sanitasi memang perlu pembenahan sangat besar di mana-mana. Untuk air bersih, walaupun sudah ada sistem tapi kebanyakan sudah tua harus diganti. Administrasi air harus diperbaiki," kata Steve.
Sistem transportasi umum, bisa mengurangi emisi karbon. Pasalnya, tidak setiap orang mengendarai mobil atau motor sendiri.
Pada saat yang sama, Wakil Presiden ADB Bambang Susanto menekankan, perlunya setiap kota untuk mencari model kota yang hijau dan cerdas.
Pembangunan yang cerdas akan menciptakan kota lebih berkelanjutan dan nyaman untuk dihuni. Untuk mencapai kota cerdas, pembangunan tidak hanya bisa sektor per sektor.
"Prioritisasi itu memang perlu, sesuai kebutuhan, tetapi harus terintegrasi. Jakarta, Surabaya, Medan, Bangkok, tidak hanya membangun sendiri-sendiri, tapi kerjasama sekelilingnya," jelas Bambang.
Hal ini, lanjut dia, sesuai dengan konsep megapolitan, yaitu bagaimana keterkaitan inti kota dengan daerah-daerah di sekitarnya.
Berikut infografis megaproyek infrastruktur yang dibangun 2015-2016: