Untuk itu, Ditjen SDA memberikan kontrak tersebut kepada PT Hutama Karya (Persero) dengan target pelaksanaan pembangunan selama 52 bulan dari proses penandatanganan kontrak.
Bendungan Rotiklot
Bendungan berikutnya adalah Rotiklot di Nusa Tenggara Timur (NTT). Bendungan dengan daya tampung air 2,9 juta meter kubik ini difungsikan sebagai irigasi dan penyediaan air baku.
"Bendungan Rotiklot dirancang menyuplai kebutuhan irigasi ke lahan seluas 500 hektar dan penyediaan air baku 50 liter per detik untuk kebutuhan masyarakat dan Pelabuhan Atapupu dan sekitarnya," ujar Imam.
Nilai konstruksi Bendungan Rotiklot sebesar Rp 470,5 miliar dan akan dikerjakan oleh PT Nindya Karya bekerjasama dengan PT Universal Suryaprima.
Waktu pelaksanaan pembangunan Bendungan Rotiklot diperkirakan selama 37 bulan.
Danau Limboto
Penandatanganan kontrak juga dilakukan untuk pengerjaan pengerukan dan pengendalian sedimen Danau Limboto di Gorontalo.
Danau itu mampu menampung air sebanyak 79 juta meter kubik. Pengerjaan proyek dikhususkan untuk memaksimalkan fungsi dari Danau Limboto.
"Pengerukan dan pengendalian sedimen ini juga berfungsi untuk pengendali banjir seluas 2.914 hektar dan menambah kapasitas tampung air," kata Imam.
Proyek Danau Limboto ini akan dikerjakan oleh PT Selaras Mandiri Sejahtera bekerjasama dengan PT Bumi Karsa dengan nilai kontrak Rp 229,9 miliar.
Jika ditotal, nilai kontrak konstruksi tiga bendungan itu mencapai Rp 1,871 triliun. Selain itu, adanya kontrak tersebut membuat target Kementerian PUPR untuk membangun 13 bendungan tahun ini tercapai.
"Dengan penandatanganan kontrak Bendungan Sindang Heula, Bendungan Bintang Bano dan Bendungan Rotiklot tahun 2015 ini maka target 13 bendungan baru dengan total biaya Rp. 9,2 triliun telah dilaksanakan seluruhnya," tandas Imam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.