Semarang
Berbeda dengan Yogyakarta, pasar apartemen Semarang lebih banyak didorong oleh pertumbuhan kota sebagai pusat bisnis, perubahan gaya hidup, dan meningkatnya daya beli masyarakat.
Pengembangan apartemen, khususnya di pusat kota, dimulai sekitar tahun 2011 yang salah satunya ditandai pembangunan Mutiara Garden. Pengembangan apartemen semakin marak pada tahun 2013 dan 2014, dan terus berlanjut tahun ini.
Namun sebagaimana terjadi di Jakarta dan Surabaya, pelemahan penjualan apartemen juga terjadi di Semarang.
Hingga akhir 2015, terdapat 8 proyek apartemen dengan total unit sebanyak 3.700 unit. Sebagian besar proyek tersebut berlokasi di pusat kota atau kawasan Simpang Lima dan sekitarnya, seperti koridor Jl Ahmad Yani, an Jl Pandanaran.
Proyek apartemen tersebut dikembangkan dengan konsep campuran antara apartemen dengan hotel/kondotel, perkantoran, dan pusat belanja atau area retail. Selain di pusat kota, beberapa pengembang juga mencoba menangkap permintaan dari pasar mahasiswa dengan mengembangkan apartemen di area sekitar universitas seperti Universitas Diponegoro.
Sementara segmen pasar yang dibidik mayoritas merupakan kelas menengah dan menengah ke atas dengan tipe studio, 1 kamar tidur dan 2 kamar tidur seharga Rp 15 juta-Rp 25 juta per meter persegi.
Sedangkan proyek-proyek yang menargetkan pasar mahasiswa, lebih menyasar kepada segmen menengah ke bawah dengan harga berkisar antara Rp 10 juta-Rp 15 juta per meter persegi.