Hal ini terlihat dari tingkat hunian sub-sektor perkantoran yang tumbuh 1 persen menjadi 86 persen. Colliers International Indonesia mencatat, harga sewa gedung-gedung perkantoran di koridor ini berkontribusi besar memicu melambungnya harga sewa secara umum di kawasan Jakarta Selatan.
Saat ini, harga sewa (asking rents) mencapai rerata Rp 259.805 per meter persegi per bulan. Angka ini enam persen lebih rendah ketimbang kuartal sebelumnya. Namun, penurunan lebih disebabkan banyaknya pengelola gedung yang melakukan konversi harga sewa dari sebelumnya dalam mata uang dollar AS menjadi Rupiah.
Sementara biaya servis (service charge), ditetapkan senilai Rp 65.461 per meter persegi per bulan, atau relatif stabil dibanding tiga bulan sebelumnya.
Menurut Colliers, koridor TB Simatupang juga memperlihatkan tingkat serapan tinggi untuk perkantoran strata. Sekitar 72 persen dari 180.000 meter persegi pasokan baru sudah terserap pasar. Hal ini tentu saja mendorong harga jual melesat 4,6 persen menjadi Rp 33,6 juta per meter persegi.
Kelima gedung tersebut adalah 18 Office Park seluas 80.000 meter persegi, AD Premiere seluas 17.356 meter persegi, L'Avenue seluas 41.500 meter persegi, Metropolitan Tower seluas 55.250 meter persegi, dan Wisma MRA seluas 15.000 meter persegi.
"Dari segi lokasi, gedung perkantoran di sepanjang Koridor TB Simatupang tetap menjadi lokasi yang termahal di luar CBD Jakarta. Pun di tengah melambatnya ekonomi, koridor ini masih menunjukkan aktivitas dengan beberapa proyek baru yang akan menambah pasokan dalam waktu tiga tahun ke depan," papar Director Research and Advisory Cushman and Wakfield Indonesia, Arief Rahardjo kepada Kompas.com, Kamis (15/10/2015).