JAKARTA, KOMPAS.com - Gedung-gedung perkantoran di pusat bisnis atau central business district (CBD) Jakarta dihantui kekosongan. Hal ini dipicu terbatasnya permintaan, sementara beberapa gedung yang baru saja selesai dibangun dan beroperasi mencatat tingkat okupansi rendah. Akibatnya, pasar mengalami kelebihan pasokan (over supply).
Menurut laporan Savills Indonesia, tingkat kekosongan perkantoran di CBD Jakarta terus berlanjut. Jika sebelumnya 4,8 persen, melonjak menjadi 8,4 persen pada pertengahan 2015. Terbatasnya permintaan memicu tingkat serapan jatuh menjadi hanya seluas 16.000 meter persegi.
Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2014, tingkat serapan pada semester pertama tahun 2015, anjlok sekitar 60 persen. Ini merupakan kinerja terburuk dalam sepuluh tahun terakhir.
Head of Research and Colsultancy Savills Indonesia, Anton Sitorus, menjelaskan, kondisi aktual sektor perkantoran ini tak lepas dari aktivitas bisnis dan sentimen investor yang melemah sebagai dampak krisis ekonomi domestik.
"Permintaan ruang kantor dan transaksi menurun drastis sepanjang semester I-2015 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sebagian besar penyewa yang ada dan calon penyewa mengambil sikap menunggu (wait and see)," ujar Anton dalam laporan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (30/9/2015).
Secara umum, perkantoran Grade A dan B, lanjut Anton, masih menyerap sebagian besar permintaan dalam beberapa tahun terakhir. Seiring terbatasnya permintaan, tingkat kekosongan di sebagian besar segmen perkantoran tetap stabil, kecuali di segmen perkantoran Grade A yang disebabkan peningkatan jumlah pasokan signifikan selama periode ini.
Gelombang pasokan baru
Savills Indonesia juga mencatat, terdapat gelombang pasokan baru memasuki pasar tahun ini seiring kelarnya beberapa proyek perkantoran baru. Sebanyak 228.000 meter persegi masuk pasar CBD Jakarta dari tiga proyek yakni Sahid Sudirman Center, Noble House dan Gran Rubina 1. Dengan demikian, total pasokan mencapai 4.930.000 meter persegi.
Pasokan baru tersebut menyisakan sekitar 414.000 meter persegi ruang kosong di CBD Jakarta. Mereka harus bersaing ketat dengan gedung-gedung perkantoran lainnya yang sedang dalam pembangunan untuk mendapatkan penyewa.
"Perlambatan ekonomi juga memengaruhi pertumbuhan sewa selama 20 bulan terakhir. Namun koreksi pasar sejauh ini terbatas pada segmen kelas premium yang dipengaruhi depresiasi Rupiah," tambah Anton.
Tak hanya segmen permintaan dan serapan, segmen harga sewa dalam dollar AS pun mengalami penurunan yang terjadi sejak tahun lalu. Harga sewa perkantoran premium anjlok 5,2 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.