Maja sendiri telah ditetapkan sebagai Kota Kekerabatan berdasarkan Surat Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) No. 02/KPTS/M/1998. Kota Kekerabatan Maja diproyeksikan menjadi salah satu penyangga di bagian barat Metropolitan Jakarta.
Kedudukan Maja dalam konteks wilayah yang lebih luas, cukup strategis dan terletak di dua propinsi (Jawa Barat dan Banten). Beberapa area Bodetabek yang saat ini menjadi penyangga kota Jakarta untuk beberapa tahun yang akan datang akan menjadi sangat padat.
Sementara, Maja yang berada di sisi barat Jabodetabek memiliki lahan yang masih luas dan mencakup wilayah dalam tiga kabupaten yaitu Lebak, Tangerang dan Bogor. Luas area Maja secara keseluruhan mencapai 10.900 Ha dengan rincian Kecamatan Maja di Kabupaten Lebak seluas 5.250 Hektar, Kecamatan Cisoka dan Tigaraksa di Kabupaten Tangerang seluas 2.650 Ha, dan Kecamatan Tenjo di Kabupaten Bogor seluas 3.000 Ha.
Sejatinya, selain Ciputra, Hanson, dan Agung Podomoro Group, terdapat 17 pengembang lainnya yang sudah mengantongi konsesi penguasaan dan pengembangan lahan. Mereka menguasai lahan seluas 3.565 hektar dan mulai membangun sebelum terhenti krisis multidimensi 1997-1998.
Ferry menambahkan, untuk memancing tumbuhnya kawasan, Maja butuh populasi. Hal itu bisa dilakukan dengan menyediakan perumahan terlebih dahulu atau pengembangan komersial berupa kawasan industri, dan logistik sebagai alternatif basis ekonomi.
Untuk komersial kawasan industri, lanjut Ferry, kawasan barat Jakarta memang tidak sepesat timur. Karena itu, percepatan pembangunan infrastruktur memang sangat diperlukan. Kelak setelah jalan tol terbangun, hunian dengan kelas lebih tinggi bisa mulai ditawarkan.
Pengembang yang tak hanya mengendus potensi Maja, melainkan juga merealisasikan pembangunan adalah duet PT Ciputra Residence dan PT Hanson International Land Tbk. Mereka membesut Citra Maja Raya.
Megaproyek ini merupakan pengembangan skala kota (township development) dengan luas lahan 2.000 hektar. Citra Maja Raya
berada di kawasan kota terpadu yang berbasiskan pada konsep Transit Oriented Development (TOD) dengan menjadikan Stasiun Maja sebagai simpul transportasi (hub).Citra Maja Raya dirancang sebagai kota berbasis ekonomi jasa (serviced base oriented) yang dapat ditempuh melalui KRL Commuter Line rute Maja-Serpong-Tanah Abang dan kelak jalan Tol Serpong-Maja (50 kilometer) dan Balaraja-Maja (40 kilometer).
Hal ini dibuktikan dengan terjualnya 7.000 unit rumah tahap perdana hanya dalam waktu 11 hari. Harga aktual rumah mencapai Rp 266 juta hingga Rp 350 juta atau tumbuh 10 persen sejak dilansir Desember 2014.
"Selain rumah, kami juga memasarkan ruko subsidi sebanyak 12 unit, dan ruko komersial yang menghadap jalan utama (boulevard) CitraGrand Boulevard dengan harga Rp 650 juta sebanyak 100 unit yang habis dalam sehari," ujar Yance, Rabu (7/10/2015).