Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Pengembang Elite yang Hanya Membangun Properti Premium

Kompas.com - 07/09/2015, 13:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Apa itu boutique developer atau pengembang elite? Jika Anda pernah, atau bahkan melihat The Ritz-Carlton Pacific Place, Hotel Mulia, Wisma GKBI, Plaza Indonesia, ataupun Keraton @ The Plaza, itulah properti premium yang dibangun oleh para pengembang elite.

Dalam bahasa CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, boutique developer adalah pengembang yang tidak membangun properti secara massal, alias khusus. Cenderung membangun dalam jumlah terbatas, untuk menjaga eksklusivitas.

"Atau dengan kata lain hanya bertendensi kepada satu sub-sektor tertentu saja, misalnya, khusus hotel premium, apartemen super-mewah, atau perkantoran elite,"ujar Hendra kepada Kompas.com, Minggu (6/9/2015).

Boutique developer berbeda dengan Ciputra Group atau Sinarmas Land Group, kata Hendra, yang mengembangkan properti untuk memenuhi kebutuhan pasar atau supply driven. Pengembang elite justru yang menciptakan pasar, dan menyediakan tren gaya hidup dalam lingkungan properti yang mereka kembangkan.

Hotel Mulia Senayan Ruang tempat tidur utama di The Duke Suite, Hotel Mulia Senayan, Jakarta.
Jumlah pengembang "berkasta" tinggi ini pun hanya bisa dihitung dengan jari. Mereka adalah pengembang yang memiliki posisi khusus dan sangat berpengaruh terhadap konstelasi properti kelas atas.

"Rekam jejak mereka tak diragukan. Portofolio yang telah dibangun menjadi referensi utama tidak saja di Indonesia, melainkan juga di mancanegara. Mereka membangun reputasi dan kekaguman pasar akan kualitas, kemewahan, prestis, dan kebanggaan melalui properti seperti ini," papar Hendra.

Nyaris seluruh properti yang dikembangkan oleh kelompok elite pengembang ini merupakan sumber pendapatan berulang atau recurring income. Oleh karena itu, mudah dimafhumi bila mereka memiliki kemampuan dan konstruksi finansial yang kuat dalam jangka panjang guna membiayai pembangunan properti sewa yang padat modal.

"Kalaupun membangun properti untuk mendapatkan development income, bisa dipastikan harga jualnya di atas Rp 5 miliar per unit. Itu pun nantinya mereka kelola dengan menunjuk operator berjaringan internasional dengan level setara," imbuh Hendra.

Mereka yang masuk dalam kategori boutique developer adalah:

skyscrapercity.com Render WTC 3 Sudirman, Jakarta.
Jakarta Land

Perusahaan ini merupakan joint venture antara Central Cipta Murdaya Holding (CCM) dengan Hongkong Land. Keduanya mengembangkan superblok World Trade Center (WTC) Sudirman di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, seluas 8 hektar.

WTC Sudirman dirancang setara dengan pusat-pusat keuangan di kota-kota dunia macam New York, London, Tokyo, dan Hongkong. Tak mengherankan bila harga sewanya merupakan tertinggi di Indonesia. Hingga saat ini, menurut Hendra, rekor perkantoran termahal masih dipegang WTC Sudirman Tower 2.

themulia.com The Mulia Bali Resorts and Residences
Grup Mulialand

Imperium bisnis ini dimotori oleh Djoko Sugiarto Tjandra. Mereka telah membangun sejumlah properti mewah yang dikenal mengubah wajah kawasan di sekitarnya dan memengaruhi pasar properti Indonesia, khususnya Jakarta.

Portofolio berbagai jenis yang mereka miliki adalah Hotel Mulia Senayan, The Mulia Bali yang terdiri atas vila, resor dan hotel, perkantoran elite Wisma GKBI, Wisma Mulia, Gedung BRI II, Menara Mulia Plaza 89, Plaza Kuningan, Atrium Mulia, Mulia Business Park dan Mal, serta apartemen Taman Anggrek.

http://www.ritzcarlton.com/ The Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta
Grup Dua Mutiara

Tan Kian sebagai konglomerat yang pernah didapuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia menakhodai kelompok usaha ini. Merekalah pemilik hotel bergengsi JW Marriott di Mega Kuningan, dua hotel The Ritz-Carlton Mega Kuningan dan Sudirman CBD, mal kelas atas Pacific Place, dan vila resor di Pulau Bintan.

www.keratonattheplazajakarta.com Keraton at The Plaza
Grup Plaza Indonesia Realty

Sebelum melantai di Bursa Efek Jakarta, PT Plaza Indonesia Realty Tbk dikenal dengan nama PT Bimantara Eka Santosa. Nama ini merujuk pada pemilik saham sekaligus pendirinya, yakni PT Bimantara Siti Wisesa, Eka Tjipta Widjaja, dan Ferry Teguh Santosa. Portofolio yang mereka miliki adalah pusat belanja termewah di Indonesia, yakni Plaza Indonesia, apartemen Keraton at The Plaza dengan harga jual nyaris Rp 80 juta per meter persegi, dan Grand Hyatt Hotel Jakarta.

Properti lainnya adalah perkantoran premium The Plaza dengan nilai sewa 45 dollar AS-50 dollar AS per meter persegi, Hotel Luxury Collection yang dikelola Starwood Hotels and Resorts, FX Plaza Senayan dan EX Plaza, Thamrin. Dua nama terakhir bahkan menjadi definisi baru pusat belanja bergenre gaya hidup (lifestyle mall).

Starwoods The St Regis Jakarta
Grup Rajawali

Mereka merupakan salah satu konglomerasi papan atas di Indonesia. Pengendalinya adalah Peter Sondakh. Dialah yang sukses membawabrand internasional di bawah payung Starwood Hotels and Resorts, yakni St Regis ke Bali.

St Regis di Pulau Dewata itu tercatat sebagai jaringan pertama di Indonesia, terdiri atas hotel dan vila yang dijual kepada publik seharga mulai dari 700.000 dollar AS (Rp 7,8 miliar) hingga 950.000 dollar AS (Rp 10,6 miliar). Sementara residennya ditawarkan seharga 1,27 juta dollar AS (Rp 14,2 miliar) sampai 2,3 juta dollar AS (Rp 25,8 miliar).

St Regis Jakarta
meliputi 125 kamar tamu dan 26 suites. Selain hotel, terdapat juga ritel kelas butik dan restoran dengan desain arsitektural yang menawan. St Regis Hotel & Residence akan beroperasi pada Januari 2016.

Gurita portofolio lainnya adalah Sheraton Laguna Resort, The Ritz-Carlton Bali, Sheraton Bandung, dua hotel berbintang di Kuala Lumpur Malaysia dan Gold Coast, Australia.

www.shutterstock.com Ilustrasi.
Lyman Group dan Salim Group

Kelompok usaha ini memiliki sejumlah portofolio yang menjadi ikon Jakarta, bahkan Indonesia. Sebut saja Wisma 46 mendominasi cakrawala Jakarta dengan ketinggian menjulang 262 meter. Desainnya unik dan membedakannya dari bangunan komersial lainnya di pusat bisnis Jakarta.

Wisma 46 dirancang oleh firma arsitektur terkenal dunia, Zeidler Partnership Architects (Zeidler Roberts Partnership). Wisma 46 adalah bagian integral dari 16 hektar Kota BNI yang merangkum Shangri-La Hotel dan Shangri-La Residences.

Wisma 46 dimiliki oleh PT Swadharma Primautama, perusahaan patungan antara Yayasan Dana Pensiun BNI, Salim Group, dan Lyman Group.

Kolaborasi antara Lyman Group, dan Salim Group juga berlanjut di proyek Casa Domain. Keduanya menggandeng Kerry Group mengembangkan apartemen menara kembar sejangkung 51 lantai, dan 47 lantai.

Selain itu, Lyman Group juga membesut pengembangan skala kota yakni Kota Baru Parahyangan di Bandung, Jawa Barat. Sedangkan Salim Group menggarap perkantoran PIK Tower Offices di Pantai Indah Kapuk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com