"Ekonominya sangat reliable dan kepercayaan pasar tinggi. Tidak seperti negara kebanyakan, saat resesi, naiknya cukup lama," ujar CEO Golden Sands Development Dato Amir kepada Kompas.com, Kamis (26/8/2015).
Amir menuturkan, Inggris juga terbuka bagi warga negara asing (WNA), baik sebagai investor atau turis. Jika datang sebagai turis, Inggris tidak sulit dijangkau. Berbeda dengan Amerika Serikat misalnya, pertanyaan yang diajukan oleh Kedutaan Besar-nya relatif banyak.
Sebaliknya ke Inggris, kata Amir, WNA hanya perlu memperlihatkan sejumlah uang di rekening mereka. Setelah itu, Kedutaan Inggris akan mengeluarkan izin untuk visa. Jumlah penduduk Muslim di Inggris juga besar. Amir mencontohkan, di Bradford, semua makanan halal, jumlah komunitas muslim banyak, dan masjidnya besar-besar.
Bradford adalah salah satu kota yang potensial untuk investasi, khususnya properti. Para pekerja sebagian besar juga di Leeds, tinggal di Bradford. Pasalnya, di kota ini, para pekerja mendapatkan sewa unit yang lebih murah dengan ruangan yang lebih besar. Makanan di Bradford juga cenderung lebih murah dibandingkan Leeds.
Amir juga menyebutkan, dua tahun lalu saat apartemen Victoria House diluncurkan, nilai Rupiah terhadap Poundsterling masih setara Rp 14.000-Rp 15.000. Saat ini, satu Poundsterling setara dengan Rp 22.000. Dengan demikian, pemilik apartemen Victoria akan mendapatkan keuntungan dari nilai tukar tersebut jika menjual kepada warga negara Indonesia (WNI).
Belum lagi, tambah dia, setiap pemilik unit pasti mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga properti. Kenaikannya bisa mencapai 30 persen dalam setahun. Tidak hanya itu, investor juga untung jika menyewakan propertinya di Inggris dengan perkiraan harga 7-8 persen dari harga jual.