Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Terkulai, Properti Indonesia Menarik Buat Asing

Kompas.com - 26/08/2015, 16:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Semakin terperosoknya nilai tukar Rupiah yang tembus Rp 14.166 per 1 Dollar AS pada Rabu (26/8/2015) pukul 14.30 WIB, kian menarik minat investor asing untuk membeli properti di Indonesia.

CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, mengutarakan pendapatnya tersebut kepada Kompas.com.

"Di satu sisi menghantam industri properti dalam negeri karena komponen impor banyak digunakan untuk membangun kantor, pusat belanja, hotel, dan apartemen, di sisi lain volatilitas kurs menarik minat asing belanja modal atau akuisisi proyek," tutur Hendra.

Jadi, kata Hendra, pelaku industri properti Indonesia jangan sampai salah perhitungan karena volatilitas kurs. Sementara buat investor asing, saat ini adalah momen paling menarik karena pemilik properti akan memangkas harga jualnya dengan potongan sampai 40 persen. 

Hendra mengakui, kondisi sekarang lebih buruk dibandingkan krisis finansial global 2008 lalu. Pengembang mengalami dilema berat, dan harus memilih antara opsi menaikkan harga jual atau membatalkan proyek, dan berhenti berproduksi.

"Kalau menaikkan harga jual, dikhawatirkan tidak akan terserap pasar domestik karena daya beli konsumen menurun. Sementara kalau membatalkan proyek atau bahkan berhenti berproduksi, akan semakin membuat industri terpuruk," ujar Hendra.

www.shutterstock.com Ilustrasi.
Menderita

Hendra membaca, para pelaku industri properti yang kadung melansir produk baru, dan telah memulai konstruksinya akan memilih melanjutkan pembangunan. Sebaliknya, untuk proyek yang masih dalam tahap studi kelayakan (feasibility study) atau baru akan lansir (launching), tentunya akan dievaluasi kembali.

"Sambil memantau pergerakan nilai tukar, para pengembang akan memilih skenario terburuk membatalkan proyeknya. Saya sulit mengatakan sampai berapa nilai tukar Rupiah bisa ditoleransi pasar," ucap Hendra.

Tidak ada batasan pasti pasar properti, terlebih pengembang, mampu memberikan batas toleransi apakah Rp 14.000 atau Rp 15.000 per satu Dollar AS. Pasalnya, kata Hendra, harga lahan, dan properti juga sudah tidak murah.

Buat mereka yang baru melakukan akuisisi tanah dengan harga aktual lebih menderita (suffer) dibandingkan dengan mereka yang sudah memiliki lahan sejak lama sebagai cadangan (land bank). 

Sebagai informasi, harga lahan komersial di kawasan bisnis atau central business district (CBD) Jakarta Kuningan sekitar Rp 50 juta-Rp 60 juta per meter persegi, kawasan Suidrman menyentuh level Rp 150 juta-Rp 200 juta per meter persegi, kawasan Thamrin Rp 50 juta-Rp 100 juta per meter persegi, dan Gatot Subroto Rp 35 juta-Rp 50 juta per meter persegi.

Dengan harga lahan setinggi itu, berapa harga properti akan dipatok, dan siapa pembelinya? 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com