Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bandung dan Singapura dalam Perspektif Ridwan Kamil

Kompas.com - 15/06/2015, 07:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Kendati diakui para pengamat bahwa apa yang dilakukan Emil sudah menampakkan hasil, namun masih jauh dari ekspektasi. Kemacetan tak kunjung terurai, tidak hanya pada akhir pekan, melainkan juga hari kerja. Demikian halnya masalah kebersihan, pasokan air bersih, sanitasi, pendidikan, dan sebagainya.

Menurut Ketua Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Bernardus Djonoputro, Emil perlu meneruskan usahanya dalam mengurai satu persatu pekerjaan berat multidimensi Kota Bandung.

"Saya sadari tidaklah mudah. Harapan pertama, Emil perlu berpedoman pada scale dan size, membangun kota skala manusia," tandas Bernardus.

Kota Bandung, lanjut dia, harus dikembalikan ke desain dengan skala manusia. Kelebihan tradisi dan modernisasi harus menjadi fokus dalam mengelola secara terintegrasi jaringan jalan, jaringan air bersih, listrik, microcels, dan air kotor. Sehingga kehidupan masyarakat terjaga, namun Bandung tetap vibrant  dan eksis sebagai kota abad ini dan masa depan.

Karena itu, dalam penataan kota terkait penggunaan jalan misalnya, penambahan jalan bukan solusi, namun harus dilakukan dengan optimalisasi jalan atau right of way (ROW) yang dipentingkan. Pembagian jalur dengan dimensi paling optimal, dan pedestrian selevel hanya beda bahan saja bisa dilakukan seperti di kota-kota kecil Jepang atau Italia.

"Dengan begitu, masih ada ruang untuk jalur sepeda, pejalan kaki, dan kendaraan roda empat," imbuh Bernardus.

Bagaimana caranya agar semua pengguna jalan bisa beriring bersama tanpa saling mengganggu? Dalam hal ini, Emil diharuskan mendeklarasikan kecepatan rata-rata di jalan-jalan kota demi mengelola ekspektasi warga.

Harapan kedua, dalam penyusunan dan pengendalian rencana kota, keberadaan Komisi Perencanaan sebagai penasihat, perlu diperkuat dengan pengembangan dan pembinaan community of practice perencanaan. Pelibatan dan pembinaan terhadap profesi yang mengawal rencana dan desain kota harus menjadi kekuatan Emil sebagai pengelola kota.

Kota yang vibrant, kata Bernardus, sulit dicapai tanpa community of practice yang kuat dan visi kota untuk warga, dan kota dunia.

Harapan ketiga, mau tidak mau, suka tidak suka, regenerasi urban merupakan satu-satunya cara untuk mengatasi berbagai bagian kota Bandung yang tergentrifikasi.

"Nah, Emil harus berinovasi supaya mampu membeli dan menambah land bank. Ini menjadi penting dan krusial untuk meningkatkan kemampuan pemerintah kota Bandung dalam mengendalikan kota agar dapat tumbuh by design, bukan by chance," pungkas Bernardus.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Setelah Dipasang, Berapa Lama Lantai Keramik Kering?

Setelah Dipasang, Berapa Lama Lantai Keramik Kering?

Tips
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Barat: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Barat: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Kepulauan Riau Miliki Jembatan Khusus Paling Banyak

Kepulauan Riau Miliki Jembatan Khusus Paling Banyak

Berita
Selain Tapera, Pemerintah Godok Dana Abadi Perumahan

Selain Tapera, Pemerintah Godok Dana Abadi Perumahan

Berita
Transaksi Tol Nontunai MLFF Dikelola Gabungan BUJT, Ini Bocorannya

Transaksi Tol Nontunai MLFF Dikelola Gabungan BUJT, Ini Bocorannya

Berita
Dirjen Pembiayaan Infrastruktur dan Perumahan Diganti karena Heboh Tapera?

Dirjen Pembiayaan Infrastruktur dan Perumahan Diganti karena Heboh Tapera?

Berita
Summarecon Agung Akan Sebar Dividen Rp 148,5 Miliar

Summarecon Agung Akan Sebar Dividen Rp 148,5 Miliar

Berita
Basuki: Bukan karena Heboh Tapera, Pejabat Teras Kementerian PUPR Diganti

Basuki: Bukan karena Heboh Tapera, Pejabat Teras Kementerian PUPR Diganti

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Maluku Tengah: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Maluku Tengah: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Dua Mantan Pejabat Tersangka KPK, HK: Korupsi Lahan Pengembangan Kawasan

Dua Mantan Pejabat Tersangka KPK, HK: Korupsi Lahan Pengembangan Kawasan

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Ambon: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Ambon: Pilihan Ekonomis

Perumahan
5 Tanda Kulkas di Rumah Anda Harus Segera Diganti

5 Tanda Kulkas di Rumah Anda Harus Segera Diganti

Tips
Pergantian Posisi Strategis Kementerian PUPR: Hedy dan Herry Digantikan Rachman dan Yongki

Pergantian Posisi Strategis Kementerian PUPR: Hedy dan Herry Digantikan Rachman dan Yongki

Berita
Kantongi Izin Pendirian, Kampus Asal Inggris Akan Buka Cabang di KEK Singhasari

Kantongi Izin Pendirian, Kampus Asal Inggris Akan Buka Cabang di KEK Singhasari

Berita
 Berapa Lama Kulkas di Rumah Anda Bisa Bertahan?

Berapa Lama Kulkas di Rumah Anda Bisa Bertahan?

Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com