Eddy menambahkan, direktori ini bisa memberikan kemudahan kepada masyarakat dan investor dalam bekerja sama untuk mengembangkan dan meningkatkan industri properti di Indonesia.
Selain berisi data mengenai alamat serta korespondensi pengembang anggota REI yang tersebar di 34 DPD se-Indonesia, juga profil pengembang yang sudah menjadi perusahaan terbuka (go public). Dilengkapi juga ulasan terkait kajian tinjauan industri properti untuk tahun 2015 oleh lembaga konsultan properti Colliers International Indonesia dan riset dari Credit Lyonnais Securities Asia (CLSA).
Untuk mempermudah pemahaman kajian, sajian informasi disertai dengan tabulasi, serta grafik pendukung yang menjadi ciri jurnal profesional. Dirancang dalam dua bahasa, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, direktori ini diharapkan bisa memperkenalkan kepada khalayak, pengembang di sektor properti dan bagaimana bisnis tersebut saat ini.
Meski sedang mengalami penurunan, kata Eddy, sektor ini masih menjadi primadona di kalangan investor. "Hal ini ditunjang oleh nilai jual properti yang jauh lebih rendah dibanding negara tetangga, maka properti didorong menjadi lokomotif perekonomian nasional," jelas Eddy.
Hingga kini setidaknya ada 174 sektor sektor industri ikutan properti antara lain, semen, batu bata, pasir, besi, keramik, dan cat. "Pertumbuhan di properti bisa menyerap tenaga kerja. Kalau tenaga kerja banyak, bisa menekan pengangguran dan memicu pertumbuhan ekonomi," tandas Eddy.