Profesor penyejuk udara dan pendingin di London South Bank University, Graeme Maidment, menerangkan, pada dasarnya, teknologi penyejuk udara tersebut menggunakan energi panas untuk menghasilkan dingin.
Hal tersebut bisa dilakukan untuk Piala Dunia Qatar 2022. Akan tetapi, penggunaan teknologi penyejuk udara akan menjadi sangat mahal karena menggunakan banyak peralatan.
“Kesulitan dalam melakukan hal ini pada skala yang lebih besar akan datang saat pemenuhan persyaratan lingkungan FIFA,“ ujar Maidment.
Selain itu, pihak penyelenggara juga akan kesulitan karena pengubahan netralitas karbon keseluruhan yang lebih rumit.
“Stadium mungkin berkarbon netral dalam hal energi yang digunakan. Tapi akan jauh lebih sulit ketika mencapai netralitas karbon saat memperhitungkan produksi semua peralatan yang diperlukan,” tandas Maidment.
Meskipun sistem pendingin udara baru tidak lagi diperlukan, tuan rumah mengatakan pengembangan penyejuk udara tersebut akan tetap diteruskan. Hassan Al Thawadi, kepala panitia Piala Dunia Qatar 2022 menegaskan bahwa kapan pun Piala Dunia diselenggarakan, pihaknya akan tetap mengembangkan teknologi pendingin sebagai warisan olahraga Qatar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.