JAKARTA, KOMPAS.com - Masjid Hidayatullah adalah satu cagar budaya peninggalan sejarah yang terletak di Jalan Karet Depan, Jakarta Selatan. Meski posisinya diapit oleh bangunan-bangunan modern yang tinggi, masjid ini tidak kehilangan daya tariknya.
Sejak dibangun pertama kali pada 1747, masjid tersebut selalu ramai oleh jamaah yang didominasi penduduk sekitar. Kini, masjid ini dipenuhi oleh para karyawan yang bekerja di gedung-gedung sekitarnya.
Setiap hari, jamaah masjid kian bertambah. Menurut sekretaris masjid, Tohir, hal ini menjadi alasan mengapa pengurus selalu berusaha untuk memperbaiki masjid.
Perbaikan terkini adalah pembangunan menara. Sebelumnya, Masjid Hidayatullah telah memiliki dua menara setinggi 12 meter. Menara ini berfungsi untuk memperdengarkan adzan kepada warga sekitar.
"Kalau dulu, mungkin menara setinggi itu, adzan bisa didengar di tempat yang relatif jauh dari sini. Tapi, sejak banyak bangunan bertingkat, jadi tidak kedengaran lagi," ujar Tohir kepada Kompas.com, Rabu (4/2/2015).
Untuk itu, kata Tohir, para pengurus memutuskan membangun menara baru yang lebih tinggi. Keputusan telah bulat karena dana sumbangan dari beberapa pihak sudah terkumpul.
"Ada hamba Allah, kami tidak tahu siapa, memberikan Rp 400 juta. Itu ditransfer ke rekening masjid," sebut Tohir.
Ia melanjutkan, selain "hamba Allah" ini, banyak dari jamaah masjid yang memberikan uang secara cuma-cuma, baik langsung maupun transfer. Tohir mengaku, tidak pernah kesulitan membangun dan memperbaiki masjid.
Akhirnya, dua tahun lalu, pengurus menunjuk arsitek dari Palembang, Mauluddin, untuk menggambar desain menara baru. Tohir menjelaskan, proses desain memakan waktu empat bulan dengan beberapa proses perbaikan.
Menurut dia, desain menara tidak bisa sembarangan, tetapi harus mengikuti desain dua menara sebelumnya dan arsitektur bangunan induk.
Desain
Setelah proses desain selesai, menara pun segera dibangun. Targetnya, menara selesai dalam kurun waktu tujuh bulan. Namun, karena terbentur berbagai kendala cuaca, menara setinggi 27 meter tersebut baru selesai satu tahun tiga bulan kemudian, yaitu pada 2014. Biaya yang dikeluarkan pun membengkak.
"Total pengeluaran sampai selesai itu memakan dana Rp 750 jutaan," sebut Tohir.
Meski jumlah tersebut tidak sedikit, ia mengaku tidak kesulitan dalam pendanaan. Karena setiap hari, selalu ada penyumbang yang memberi donasi kepada masjid. Jumlahnya bervariasi, mulai dari ratusan ribu, hingga ratusan juta.
Tohir juga mengungkapkan, penyumbang ini tidak hanya berasal dari Jakarta, tetapi juga dari luar kota, bahkan luar negeri.
"Dari transfer kan terlihat dari mana asalnya. Ada yang dari Australia juga ikut menyumbang," kata Tohir.
Sementara itu, ia menyebutkan, dalam waktu dekat pengurus masjid juga akan melakukan renovasi kembali. Renovasi ini fokus pada bangunan induk. Tohir berencana untuk memugar tiang-tiang kayu jati yang terakhir direnovasi pada 1998. Ia khawatir terjadi pengelapukan kayu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.