Masjid Hidayatullah berada di wilayah Karet Depan RT 07 RW 04, Jakarta Selatan, tepat di belakang Sampoerna Strategic Square. Tempat ibadah ini telah ditetapkan oleh Dinas Museum dan Sejarah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (dahulu bernama Dinas Museum Purbakala) sebagai cagar budaya peninggalan sejarah.
Sebelumnya, Masjid Hidayatullah terdiri dari beberapa bangunan. Bangunan inti atau induknya ditandai dengan dua menara setinggi 12 meter dan memiliki atap yang berundak tiga. Desain masjid ini tergolong unik karena terpengaruh tiga budaya yaitu Hindu, Buddha, Betawi.
Bangunan inti Masjid Hidayatullah dipenuhi ornamen-ornamen tua, meski sudah beberapa kali mengalami renovasi. Jendela, pintu, dan delapan tiang di dalam bangunan inti merupakan kayu jati asli hasil renovasi tahun 1998 menggantikan kayu jati lama yang telah lapuk.
Renovasi
Hingga saat ini, masjid sudah mengalami tiga kali renovasi yaitu pada tahun 1921, 1948, 1998, dan 2014. Pada 1921 dan 1948, renovasi hanya berupa perbaikan-perbaikan kecil. Namun, pada 1998, masjid ini dibangun dan ditambah banyak ruangan. Mulai dari aula, tempat wudhu, hingga bangunan baru dengan tiga lantai.
Hal inilah, tambah Tohir, yang menjadi alasan untuk memperluas bangunan masjid. Sebelum diperluas, masjid hanya mampu menampung 200-300 jemaah per hari. Saat ini, masjid bisa menampung sampai 600 jamaah. Meski begitu,Tohir menilai, kapasitas masjid masih belum mampu menampung jamaah pada hari Jumat, yakni saat para jamaah melaksanakan ibadah salat Jumat.
"Kalau hari Jumat, jamaah bisa sampai 3.000 orang. Kita sampai pasang tenda. Mereka salat sampai ke jalan," kata Tohir menunjuk Jalan Masjid Hidayatullah.
Ia melanjutkan, saat pembangunan menara baru, banyak pertimbangan yang dilakukan, seperti pada renovasi-renovasi sebelumnya. Banyak pihak yang dilibatkan, misalnya pengelola masjid dan Dinas Museum dan Sejarah. Pertimbangan tersebut dilakukan agar proses renovasi tidak menghilangkan esensi sejarah yang dimiliki Masjid Hidayatullah. Pengelola masjid pun menujuk Mauluddin, arsitek asal Palembang, untuk mendesain menara baru.
"Untuk proses desain memakan waktu empat bulan. Kalau kita bikin bentuk baru, nanti kebanting dengan bangunan induk. Dinas Museum memberi saran, agar renovasi tidak menghilangkan cerminan bangunan awal," jelas Tohir.
Masjid ini memiliki dua bagian tempat wudhu yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Tempat wudhu untuk perempuan terletak di dalam. Sebelumnya, di dalam bangunan inti terdapat plafon. Namun, menurut saran dari Dinas Museum dan Sejarah, plafon ini dilepas supaya rangka atap berundak dapat terlihat dari dalam.
Masjid ini juga memiliki 12 unit Closed Circuit Television (CCTV) yang letaknya tersebar. Pemasangan CCTV ini diharapkan mampu mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan di area masjid, misalnya pencurian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.