Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koridor Serpong-Tangerang seperti TB Simatupang 15 Tahun Lalu...

Kompas.com - 17/12/2014, 17:54 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Kondisi aktual koridor Serpong, Alam Sutera, dan Tangerang serupa halnya dengan koridor TB Simatupang, Jakarta Selatan, lima belas tahun silam. Kini, kondisi itu berubah total.

Saat itu, mulai bermunculan gedung-gedung perkantoran yang mengakomodasi kebutuhan perusahaan multinasional di sektor pertambangan minyak dan gas. Perusahaan-perusahaan asing tersebut merelokasi dari central business district (CBD) Jakarta ke koridor TB Simatupang.

Menurut CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, gejala serupa terjadi di kawasan Serpong, Alam Sutera dan Tangerang. Embrio bisnis perkantoran di kawasan ini akhirnya lahir.

"Tak seperti di Simatupang. Bedanya, kalau di kawasan ini berupa low rise office. Sama dengan fenomena yang terjadi di negara maju, yaitu kawasan pinggiran dipenuhi low rise office, sedangkan high rise office-nya berada di pusat kota," ujar Hendra kepada Kompas.com, Rabu (17/12/2014).

Dia menuturkan, pangsa pasar perkantoran di koridor Serpong, Alam Sutera dan Tangerang merupakan limpahan dari Jakarta Barat, CBD Jakarta, dan juga Simatupang. Pasalnya, harga sewa di kedua kawasan tersebut sudah begitu tinggi.

Di CBD Jakarta, misalnya, harga sewa rerata sudah mencapai 40 dollar AS per meter persegi per. Sementara itu, di koridor Simatupang berada pada level 30-35 dollar AS per meter per bulan di luar biaya servis.

"Di koridor Serpong, Alam Sutera, dan Tangerang harga sewa masih murah sekitar Rp 120.000 sampai Rp 130.000 per meter persegi per bulan," kata Hendra.

Namuh, kendati masih rendah, prospek bisnis perkantoran di ketiga kawasan tersebut sangat cerah. Hendra mengatakan, tingginya kebutuhan itu berasal dari industri-industri Tangerang, beralihnya gaya bisnis di ruko dan pertokoan ke gedung perkantoran.

Pada gilirannya tingkat okupansi menguat di atas 90 persen. Sementara itu, pasokan yang berasal dari ketiga kawasan tersebut masih sangat sedikit, yakni hanya 135.000 meter persegi.

Hendra mengatakan, fenomena menjamurnya gedung dan proyek perkantoran di kawasan pinggiran dipicu oleh kondisi di Jakarta yamg disesaki 20 juta orang. Dengan kondisi itu, tak mungkin bagi Jakarta untuk hanya punya satu CBD dan mendominasinya. Oleh karena itu, dibutuhkan pusat-pusat pertumbuhan baru. Karena itulah, muncul south and west CBD dan sekarang ada kota satelit.

"Di luar koridor Simatupang dan S Parman, kawasan yang paling maju perkembangannya adalah Tangerang. Kawasan ini sangat strategis untuk bisnis, ada toll road pabrik dan industri hingga lima juta populasi," terang Hendra.

Perusahaan-perusahaan tersebut membuka kantor pendukung seperti back office perbankan dan asuransi dengan harga lebih murah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau