Perekonomian IVF dengan populasi mencapai total hampir 430 juta jiwa telah menunjukkan pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) rerata 6 persen-7 persen setiap tahunnya selama kurun 2008-2013. Bila dianggap sebagai satu negara, IVF akan menduduki posisi ke-12 negara dengan perekonomian terbesar di dunia mencapai estimasi total 1,8 triliun dollar AS pada 2014.
"Kebijakan fiskal dan keuangan yang baik merupakan faktor yang sangat memengaruhi stabilitas makroekonomi, dan merupakan kunci penentu pertumbuhan," Executive Managing Director Cushman and Wakefield Asia Tenggara, Arsh Chaudry, di Jakarta, Selasa (14/10/2014).
Arsh mengatakan, dengan tingkat risiko relatif terkontrol, kondisi IVF siap untuk satu pertumbuhan ekonomi yang cepat. Hal itu akan membuat total GDP ketiga negara tersebut mencapai total 5,0 triliun dollar AS pada 2025 mendatang.
"Tingkat pertumbuhan perekonomian IVF bersaing dengan perekonomian negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan)," ujar Arsh.
Indikasi di masa yang akan datang terlihat jelas bahwa IVF mempunyai posisi sangat baik untuk berkembang terus dan membentuk kelompok konsumen yang berdaya beli tinggi. Selain itu, kelompok IVF sekarang menjadi semakin atraktif bagi investasi asing, terutama karena Asia merupakan kunci penting dari strategi pertumbuhan global.
Secara umum, kelompok IVF juga menawarkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi karena tingkat keuntungan yang lebih tinggi juga, dibanding Eropa dan Amerika. Salah satu contohnya adalah subsektor perkantoran yang diprediksi dapat memberikan tingkat pengembalian antara 12 hingga 18 persen pada 5 tahun mendatang.
Selama lima tahun terakhir, medio 2008-2013, harga aset properti perkantoran komersial terapresiasi minimum 50 persen di Indonesia dan Filipina. Sementara itu, di Vietnam apresiasinya sedikit lebih rendah.
Terciptanya lapangan pekerjaan dengan kompensasi yang lebih tinggi ikut memengaruhi kondisi tersebut dan membentuk kelas menengah yang lebih mampu. Dengan tingkat pendapatan semakin tinggi, negara-negara IVF diperkirakan akan menjadi rumah bagi 200 juta konsumen dengan kemampuan belanja memadai pada 2025. Hampir 40 persen dari total populasi akan memiliki kemampuan belanja lebih dari kebutuhan dasar.
Lebih dari 80 persen pertumbuhan pada prime spending group antara 2013-2025 merupakan bukti adanya kesempatan pertumbuhan pasar yang ditawarkan oleh perekonomian negara-negara IVF dengan syarat tersedianya berbagai produk yang akan mendukung permintaan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.