Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Pengembang Melirik Semarang

Kompas.com - 14/09/2014, 19:32 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Sama seperti kota-kota di wilayah pantai utara (pantura) Jawa lainnya, Semarang juga sarat dengan populasi pengusaha dan orang-orang berdaya beli tinggi. Terbukti pembangunan beberapa proyek properti dikerjakan oleh pengusaha lokal dan dibeli oleh konsumen lokal juga. 

Sebut saja, tiga apartemen yang dikembangkan Pollux Properties yakni WR Simpang Lima di Jl A Yani, The Pinnacle Jl Pemuda, dan Marquis de Lafayette Jl Pemuda terserap pasar masing-masing 95 persen, 85 persen dan 60 persen. Padahal, apartemen terhitung instrumen investasi yang baru berkembang di kota ini.

Pollux Properties sendiri merupakan perusahaan properti yang kelahirannya dibidani oleh orang Semarang dan kemudian menggurita hingga berekspansi ke Jakarta.

Marketing Manager Pollux Properties, Harry Setiawan, mengungkapkan, pasar Semarang sejatinya sangat potensial. "Yang membeli apartemen-apartemen tersebut 90 persennya merupakan orang Semarang, sisanya luar kota dan luar negeri," terang Harry, kepada Kompas.com, Jumat (12/9/2014).

Motivasi mereka membeli apartemen, lanjut Harry, adalah untuk investasi. Pasalnya, ketiga apartemen tersebut berlokasi di pusat kota yang merupakan central business district (CBD) Semarang.

Kuatnya daya beli masyarakat lokal inilah yang mendorong pertumbuhan properti di ibu kota Jawa Tengah ini. Menurut Hotel Manager CitraDream, Gede Joni Artawan, sektor perhotelan juga tumbuh pesat. Hingga saat ini terdapat 16 hotel yang sedang dalam tahap konstruksi.

"Hal ini dimungkinkan karena pasar Semarang aktual berbeda dengan lima atau sepuluh tahun lalu. Pasar Semarang kini digerakkan oleh generasi kedua dan ketiga yang sebelumnya bersekolah di luar kota atau luar negeri," ujar Gede, Sabtu (13/9/2014).

Gede menambahkan, gaya hidup mereka kemudian mengubah peta pasar properti Semarang. Gaya hidup dimaksud adalah membelanjakan penghasilan lebih sering untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan status sosial.

"Kinerja CitraDream Hotel saja sudah menyentuh level di atas 50 persen, padahal baru beroperasi 1 Juli lalu. Kamar-kamar didominasi oleh tamu lokal, sebagian merupakan utusan dinas dari pemerintah kota atau government spending," kata Gede.

Sementara, untuk produk apartemennya yang paling laris dibeli oleh orang Semarang adalah senilai Rp 600 jutaan ke atas untuk ukuran 28,29 meter persegi hingga 34,53 meter persegi.

"Pasar sangat antusias untuk apartemen dengan harga sebesar itu. Antusiasme tersebut kami respon dengan percepatan pembangunan. WR Simpang Lima akan beroperasi pada Juni 2015, The Pinnacle November 2015 dan Marquis de Lafayette pertengahan 2016," buka Harry.

Perubahan gaya hidup tak hanya terlihat dari antusiasme terhadap produk properti, melainkan juga merek-merek asing. Di Paragon City Mall, misalnya. Gerai Starbucks dipenuhi oleh pengunjung dari berbagai latar belakang. Mulai dari pelajar, mahasiswa, pekerja kantoran, hingga ibu-ibu rumah tangga.

Demikian halnya dengan gerai-gerai lainnya yang didatangi banyak pengunjung yang sebagian besar kalangan muda. Sehingga menjadikan jumlah kunjungan pusat belanja tersebut rerata mencapai angka 35.000 orang per hari dengan tingkat okupansi 99 persen.

Fenomena tersebutlah yang memicu para pengembang Nasional ikut menggarap Semarang. Di luar Pollux Properties, terdapat Lippo Karawaci yang menggeber pembangunan Lippo Plaza di Srondol, Ciputra Group dengan perumahan Citraland BSB City dan Hotel CitraDream, HK Realtindo dengan hotel dan apartemen, Perumnas dengan Sentraland, dan masih banyak lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com