Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melirik Fenomena Menarik Pasar Properti Pantura

Kompas.com - 13/09/2014, 07:30 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

PEKALONGAN, KOMPAS.com - Selain Semarang, kawasan kota tepi pantai utara (Pantura) Jawa lainnya yang memikat para investor dan pengembang properti adalah Cirebon, Tegal, dan Pekalongan. Ketiga kota tersebut diyakini punya potensi besar.

Potensi besar tersebut tidak saja dari segi densitas populasi yang mencapai jutaan jiwa, melainkan juga potensi daya beli, perubahan kultur, gaya hidup, serta meningkatnya kebutuhan akan hunian, dan ruang-ruang komersial.

CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, mengatakan, daerah Pantura Jawa punya kondisi yang jauh lebih menguntungkan ketimbang pantai selatan. Ini ditandai dengan kondisi infrastruktur yang sudah jauh lebih berkembang.

"Jalan tol dan pelabuhan serta didukung kawasan industri merupakan nilai lebih kota-kota di Pantura Jawa. Infrastruktur tersebut menstimulasi pergerakan bisnis dan industri. Jadi, kalau kawasan niaga dan industrinya berkembang, tentu akan berimbas ke sektor properti yang diprediksikan akan tumbuh signifikan. Itu sudah otomatis," papar Hendra kepada Kompas.com, Jumat (12/9/2014).

Pertumbuhan, kata Hendra, akan lebih melesat jika infrastruktur tolnya tersambung semua. Terlebih jika didukung oleh jalan lingkar luar di ketiga kota tersebut yang semakin membuka dan mempermudah aksesibilitas.

Kota-kota Pantura tersebut, lanjut Hendra, sebenarnya berada pada posisi sangat strategis, terbuka dan mudah diakses. Lebih dari itu, jika pembangunan infastruktur seperti jalan Trans Jawa sepanjang 615 kilometer, pelabuhan internasional Cirebon di barat direalisasikan, serta pengembangan pelabuhan Tanjung Mas di timur melalui perpanjangan dermaga dan perluasan lapangan untuk kontainer rampung, maka sektor properti akan lebih menggeliat lagi.

"Hitungan pertumbuhannya bukan dalam berapa tahun ke depan, tapi patokannya adalah sudah terkoneksikah masing-masing kota ini dengan infrastruktur jalan bebas hambatan," tandas Hendra.

Di Cirebon, misalnya, yang belum tersambung oleh jalan lingkar luar sudah menunjukkan pergerakan pasar positif. Pergerakan semakin intensif saat PT Ciputra Development Tbk melalui anak usahanya PT Ciputra Nusa Mitra mendulang penjualan senilai Rp 150 miliar dari total target Rp 200 miliar untuk proyek Citraland Cirebon, Jawa Barat. Penjualan tersebut berasal dari klaster pertama Arborside sebanyak 156 unit, klaster kedua Crescent Tree sebanyak 46 persen dari total 167 unit, serta ruko 80 persen dari total 300 unit.

"Pasar Cirebon sangat potensial karena merupakan kawasan perlintasan dari Jakarta menuju Surabaya dan sebaliknya. Ceruknya pun lebar, mulai kelas bawah, menengah, hingga atas. Banyak pebisnis membutuhkan hunian dan ruang usaha yang belum diakomodasi dengan baik karena pasokannya terbatas," ujar Project Manager Yohanes Sukiman,  Kamis (11/9/2014).

Pertumbuhan harga

Yohanes sepakat dengan Hendra. Menurut dia, jika pembangunan jalan tol Cikampek-Palimanan dan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan dilanjutkan kembali untuk melengkapi jalur kereta api eksisting, ditambah pembangunan Bandara International Kertajati mulai dilaksanakan, pertumbuhan akan lebih kencang lagi.

"Pembangunan infrastruktur tersebut akan semakin mendongkrak industri dan bisnis properti. Pertumbuhan harga berpeluang terjadi lebih cepat. Saat ini saja, harga rumah di Citraland Cirebon sudah naik sekitar 20 persen dari harga perdana Rp 700 juta hingga Rp 1 miliar," kata Yohanes.

Selain CTRA, Grage Group juga tengah membesut Pegambiran Residences, dan PT Karya Mandiri Mega Kencana menggarap Taman Cipto. Sementara pengembang lainnya, termasuk pemain lokal, terus menggarap klaster-klaster perumahan dalam bentuk town house.

Di sektor perhotelan, PT Metropolitan Land Tbk bahkan sudah menggarap hotel bintang tiga bertajuk Metland Hotel. Kehadiran hotel tersebut akan diikuti 16 hotel lainnya yang akan beroperasi hingga 2016 mendatang.

Fenomena menarik juga terjadi di Tegal. Bukan rumah menengah seperti di Cirebon, melainkan rumah-rumah mewah yang disambut antusias karena sebelumnya pasokan sejenis tidak ada.

"Meski penjualan rumah premium ini tidak sekencang di Jadebotabek, namun Tegal mampu menyerap produk kami. Sejak dilansir Juni 2013, rumah tipe Trivia di klaster The Imperio seharga Rp 3,014 miliar laku terjual," papar Oktab R Riyanto, Project Manager Citraland Tegal, Kamis (11/9/2014).

Saat ini, dari total 8 unit yang dipasarkan, rumah berukuran 261/276 tersebut sudah terserap 6 unit. Para pembelinya, menurut Oktab, para pengusaha dan orang-orang ternama di Tegal.

Selain Citraland Cirebon, Citraland Tegal, Citragarden Pekalongan, Cpitra Group juga akan merealisasikan proyek serupa di Purwokerto tahun depan. Sementara untuk subsektor hotel, mereka sudah membuka CitraDream Cirebon, dan akan berlanjut dengan serial CitraDream berikutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau