Tak main-main, jumlah pembelian mereka atas properti di negeri Paman Sam tahun ini mencapai nilai Rp 258,2 triliun dari total pembelian internasional sebesar Rp 1.083 triliun, atau meroket 19 persen.
Kontribusi pembelian ini menjadikan investor Tiongkok sebagai pembeli asing terbanyak di AS, mengalahkan oligarki Rusia yang sebelumnya mendominasi. Pembeli Rusia tercatat mengakuisi gedung-gedung apartemen di kawasan strategis dengan nilai fantastis Rp 881 miliar hingga Rp 1,08 triliun.
Namun, kini hal tersebut tak terjadi lagi. Pembeli Rusia semakin jarang mencari properti di AS karena kekhawatiran perjuangan Ukraina akan memperburuk keadaan. Sehingga memicu AS menjatuhkan sanski politik yang hanya akan menyulitkan orang-orang kaya Rusia.
"Mereka sudah pergi sejak kasus Krimea meletus," kata broker Internasional Sotheby, Nikki Field.
Hegemoni investor Rusia pun kemudian digantikan pembeli Tiongkok. Mereka berpaling ke AS dengan alasan harga propertinya masih lebih murah. Harga apartemen di Manhattan sekitar 2.100 dollar AS sampai 2.500 dollar AS per kaki persegi. Nyaris separuh lebih rendah ketimbang di Singapura, Shanghai dan Hongkong yang berada pada kisaran 4.100 dollar AS hingga 5.000 dollar AS per kaki persegi.Akuisisi gedung
Tak hanya membeli properti secara individual, Forbes melaporkan, investor Tiongkok secara korporat pun makin giat menanam modalnya dalam bentuk akuisisi gedung-gedung lama dan juga mengembangkan gedung baru.
Baru-baru ini, salah satu pengembang Tiongkok menginvestasikan dana Rp 728,5 miliar untuk membangun Midtown Manhattan. Forbes juga mencatat bahwa dana ini merupakan investasi Tiongkok terbesar kedua di AS.
Hebatnya, investor Tiongkok ini tidak hanya membeli properti di New York, mereka juga menebar dananya di pasar London, dan Sydney. Aksi mereka kemudian memicu apresiasi harga di kedua kota tersebut masing-masing sebesar 20 persen dan 15,4 persen.