Hal tersebut diakui Presiden Direktur PT Jakarta Setiabudi International Tbk. (JSI), Jeffri Darmadi. Menurutnya, tidak seperti media arus utama, media sosial secara lugas juga dapat membawa masukan-masukan positif.
"Termasuk masukan-masukan konsumen yang dapat memengaruhi pandangan pasar terhadap produk properti yang kami kembangkan maupun terhadap PT JSI Tbk secara institusional," kata Jeffri kepada Kompas.com, Sabtu (28/6/2014).
Saat ini, JSI tengah merampungkan pembangunan Setiabudi Sky Garden di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan. Apartemen yang berada di lahan seluas 2,1 hektar tersebut mencakup dua menara masing-masing 160 dan 426 unit. Satu menara lainnya sebanyak 151 unit akan dikelola oleh Fraser sebagai apartemen servis.
Dari 586 unit yang dipasarkan, 500 unit di antaranya sudah terserap pasar dengan posisi harga aktual Rp 35 juta per meter persegi.
Besarnya pengaruh media sosial ini juga diakui CEO dan Presiden Direktur Relife Property Group, Ghofar Rozaq Nazila. "Media sosial semakin signifikan perannya. Terutama sebagai instrumen word of mouth (WoM). Di level terendah, dijadikan sebagai alat kerja para penjual (sales) properti," ujar Ghofar.
Sedangkan di level lebih tinggi, media sosial bisa dimanfaatkan sebagai instrumen pendukung program marketing (pemasaran) produk properti.
Relife Property Group memanfaatkan jejaring sosial Facebook sejak tahun 2012 dengan akun Relife Property dan twitter sejak 2011 dengan akun @RelifeProperty. Sedangkan JSI membuat laman khusus fan page PT Jakarta Setiabudi International Tbk.
Wabah penggunaan jejaring sosial sebagai media promosi dan penjualan juga terjadi di Amerika Serikat. Menurut survei yang dilakukan Association of Realtors California terhadap calon pembeli rumah sepanjang 2013, bahwa lebih banyak pembeli rumah di AS yang beralih dan memanfaatkan media sosial dalam proses pembelian rumah.
Lebih dari tiga-perempat pembeli rumah menggunakan media sosial untuk mencari rumah mereka. Naik 52 persen ketimbang catatan tahun 2011. Motivasi pembeli yang memanfaatkan media sosial adalah untuk mendapatkan informasi, tips membeli rumah dan saran dari teman-temannya. Jumlah mereka sebanyak 44 persen.
Sementara pembeli yang ingin mendapatkan informasi mengenai lingkungan rumah sebanyak 44 persen, dan untuk melihat halaman Facebook agen pengembang sekitar 42 persen.