Enam faktor yang terangkum dalam kebijakan (program) ramah investasi tersebut meliputi suku bunga rendah, tak ada batasan pembelian properti, kemudahan memperoleh lahan garapan, pengenaan pajak ringan dan kepemilikan asing, serta pengembangan infrastruktur dan jaringan transportasi terintegrasi.
"Arus investasi tersebut datang dari berbagai negara, yakni Tiongkok, Singapura, Timur Tengah terutama Qatar, dan Uni Emirat Arab. Investor dan pengembang tersebut lebih memilih Johor ketimbang Batam, karena paket stimulus tersebut," papar Ryan kepada Kompas.com, Kamis (26/6/2014).
Sementara itu, Batam atau Indonesia secara umum masih terkendala restriksi kebijakan yang sangat ketat dan kondisi infrastruktur yang masih kurang memadai. Restriksi kebijakan tercermin dari belum diizinkannya orang asing membeli properti di Indonesia. Sementara itu, pembangunan infrastruktur baru mulai dijalankan secara simultan dalam satu tahun terakhir. Sebut saja pembangunan mass rapid transit (MRT) di Jakarta.
"Padahal, potensi pasar properti Indonesia luar biasa besar. Populasi penduduknya banyak sekitar 250 juta jiwa. Selain itu, punya potensi untuk terus berkembang karena pertumbuhan ekonominya terbesar di kawasan Asia Tenggara, yakni sekitar 5 persen," ujar COO and President Pacific Star Holdings Pte Ltd., Glen Chan, Jumat (27/6/2014).
Sedangkan itu, Johor, dan umumnya Malaysia, diminati karena regulasi pemerintahnya sangat mendukung pertumbuhan bisnis dan industri properti. Regulasi tersebut tercermin dari penerapan pajak yang ringan atau bahkan bebas sama sekali bagi pembeli rumah pertama yang akan menjual kembali asetnya hingga 2020 mendatang.
Selain itu, pemerintah Malaysia juga memberikan kemudahan kepada investor dan pengembang untuk memperoleh dan membebaskan lahan guna dikembangkan sebagai properti residensial dan komersial. Semua lahan, terutama di Johor dengan pusat pertumbuhan bisnis baru seperti Iskandar Medini dan Puteri Harbour bisa dimiliki dan dikembangkan oleh siapa pun, baik investor lokal maupun internasional.
"Adapun status lahan yang dikembangkan, untuk wilayah Iskandar Medini adalah leasehold dan free hold untuk di Puteri Harbour," jelas Ryan.
Stimulus lainnya adalah penerapan tingkat suku bunga yang sangat rendah, yakni 4 persen hingga 4,5 persen untuk kredit perumahan, tak ada restriksi batasan harga bagi pembeli asing, dan diizinkannya orang asing membeli dan memiliki properti.
Paket stimulus tersebut, lanjut Ryan, berjalan harmonis karena didukung oleh pembangunan bermacam infrastruktur baru dan jaringan transportasi terpadu. Hal itu membuka peluang semakin bertumbuhnya harga dan pasar properti di Malaysia.
Tak mengherankan, kini Johor menjadi wilayah ekspansi bisnis para pengembang mancanegara, terutama Tiongkok dan Singapura. Sebut saja Country Garden Sdn Bhd yang baru memulai reklamasi untuk proyek kota perumahan lengkap dengan fitur-fitur wisata, Forest City seluas 2.000 hektar.
Sebelumnya, Country Garden juga telah memulai pembangunan Country Garden @ Danga Bay. Proyek ini mencakup lebih dari 9.000 unit apartemen kelas menengah-bawah yang dilengkapi berbagai fasilitas penunjang.
Menyusul Ascendas, sayap bisnis pemerintah Singapura yang menggarap Nusa Jaya Tech Park, atau kawasan industri modernterpadu. Kemudian Capita Land yang menggarap Somerset Service Residences, Keppel Land dengan Taman Sutera dan Taman Sutera Utama, serta Pacific Star Holdings yang memulai debut perdananya dengan membangun Puteri Cove Residences.