KOMPAS.com - Proyek raksasa pulau buatan Forest City, Johor, ternyata tak hanya membuat blingsatan Singapura, namun juga sukses "mengacak-acak" pasar properti dan eksistensi para pengembang lokal Malaysia.
Siapakah pihak yang berperan di balik panasnya tensi hubungan dua jiran serta "mengancam" pengembang Malaysia?
Tak lain tak bukan adalah para pengembang dan investor Tiongkok yang sukses melakukan invasi besar-besaran dengan menggarap proyek-proyek kakap. Sebut saja Country Garden Holdings Co Ltd. Pengembang yang berbasis di Guangzhou ini, pada 2013 lalu membangun 9.000 unit kondominium di Danga Bay.
Proyek mereka seakan menjadi karpet merah bagi arus investasi Tiongkok ke Malaysia. Berturut-turut kemudian hadir R & F Properties yang membeli lahan reklamasi 116 hektar di dekat jalur pertama (first link) Selat Johor. Nilai pembelian sebesar Rp 16,6 triliun. Mereka berencana mendirikan 30.000 unit kondominium selama beberapa tahun ke depan di atas
Selanjutnya, Agile Property Holdings Ltd yang hadir dengan menguasai lahan 1,3 hektar yang sebelumnya dimiliki Tropicana Corp Bhd.
Sebuah studi yang dilakukan badan investasi pemerintah Malaysia, memperlihatkan rencana pembangunan yang komprehensif di Johor menghadirkan jumlah kondominium baru sekitar 30 kali lipat lebih banyak dibanding di Mont Kara.
Proyek reklamasi Forest City akan menambah cadangan lahan untuk sektor kondominium menjadi sekitar 5.000 hektar. Ini artinya, akan berdampak pada kelanjutan rantai pasokan dan permintaan.
Dalam sebuah wawancara dengan StarBizWeek, Presiden Regioonal Country Garden Malaysia, Kayson Yuen mengatakan mega proyek Forest City membutuhkan waktu lebih dari 30 tahun, dan perusahaannya melakukan studi kelayakan sepanjang tahun 2013 sebelum benar-benar merealisasikannya tahun ini.
"Tanah itu dibeli dengan "harga yang wajar" tapi kami tidak bisa memberikan rincian untuk biaya reklamasi Forest City," ujarnya.
Adapun R & F Properties, bersiap mengembangkan proyek hunian dengan kepadatan tinggi. Tahap pertama akan diluncurkan 15 blok kondominium. Enam plot di antaranya mereka beli dari Sultan johor pada tahun lalu.
Selain hunian, R & F Properties juga bakal membangun properti ritel, kantor, hotel dan pusat perbelanjaan, dengan total luas bangunan mencapai 3,5 juta meter persegi. Luas total bangunan tersebut 10 kali luas bangunan menara kembar Petronas, Kuala Lumpur.
Shenzhen kedua
Meski invasi besar-besaran ini membuat pengembang lokal tertekan, namun pengembang Tiongkok optimistis bahwa Johor akan mirip Shenzhen. "Shenzhen membutuhkan waktu menjadi seperti sekarang... jadi kami berharap hal yang sama akan terjadi pada Johor," kata Yuen.
Iskandar Malaysia sendiri luasnya hampir tiga kali ukuran Singapura, dan dirancang menyerupai Shenzhen ketimbang Hongkong. Saat ini, Iskandar Malaysia memiliki populasi 1,6 juta sedangkan Singapura 5,4 juta, Shenzhen 11 juta, dan Hongkong 7,2 juta.
Yang menjadi pertanyaan besar adalah, dengan populasi tak begitu padat, lantas siapa yang akan menyerap pasokan kondominium tersebut?
Yuen mengatakan pasar yang mereka bidik tak hanya pembeli lokal, melainkan juga investor Tiongkok. Pembeli Tiongkok saat ini menguasai 35 persen, konsumen lokal 40 persen dan Singapura 20 persen untuk proyek mereka di Danga Bay.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.