Tentu saja, hasil karyanya ini bukan sembarang kuburan, melainkan pencakar langit yang hampir mirip sarang lebah raksasa berwarna putih dengan "gua-gua" segitiga. Menurut McSherry, separuh bangunan tersebut akan menampilkan derek permanen untuk mengangkat peti mati dan menempatkannya ke slot kosong.
Pencakar langit ini juga dirancang untuk tumbuh ke atas setiap waktu, seiring jumlah kematian. Oleh karena itu, crane akan digunakan untuk menambah slot ruang pemakaman baru. Tidak mengherankan bila ide luar biasa ini menuai kecaman, sekaligus juga dukungan.
Norwegia telah berurusan dengan masalah kelangkaan tanah, sehingga mendorong mereka menciptakan sistem sewa lahan pekuburan selama dua dekade. Setelah itu, lahan tersebut bebas digunakan kembali untuk jasad-jasad lainnya. Situasi menjadi sangat buruk, saat petugas pemakaman mulai melakukan kecurangan; menyuntikkan peti mati dengan senyawa kapur yang mempercepat proses dekomposisi mayat sehingga lahan kosong akan tersedia lebih cepat.
Mudah dimengerti bila Norwegia bereaksi keras terrhadap ide ini. Pasalnya, mereka masih mengkhawatirkan tentang moral kematian, menjaga martabat orang mati, dan ketidaknyamanan ketika jenazah-jenazah tersebut dipajang.
Banyak negara berada dalam posisi yang sama seperti Norwegia, termasuk Amerika Serikat. Perencana kota Atlantic City, Chris Coutts mengatakan jika sebanyak 76 juta orang AS diperkirakan meninggal antara tahun 2024 dan 2042 harus dikuburkan, maka akan membutuhkan 130 mil persegi lahan atau seukuran kota Las Vegas!Necropoli telah muncul di seluruh Eropa. Bahkan New Orleans telah beralih ke plot vertikal untuk menghindari kerusakan peti mati dari terjangan banjir dan badai di kota-kota dataran rendah.
Memorial Necropole Ecumenica, di Brasil, merupakan pemakaman tertinggi di dunia. Situs ini telah menjadi hunian bagi orang mati selama 28 tahun, dengan ribuan mayat yang memenuhi seluruh bangunan 32 lantai.