Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuburan Vertikal Masih Kontroversial

Kompas.com - 13/04/2014, 07:25 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Sumber The Verge

KOMPAS.com - Defisit lahan kosong di sejumlah negara di seluruh dunia, tidak saja memantik pertumbuhan pembangunan hunian vertikal, namun juga ide liar sekaligus kontroversial yakni "apartemen" untuk orang mati. 

Ide kuburan jangkung ini berangkat dari pertanyaan menakutkan; di manakah harus mengebumikan jenazah, bila lahan kosong semakin langka? Martin McSherry, mahasiswa arsitektur asal Oslo, Norwegia, punya solusi masalah kelangkaan lahan kosong yakni kuburan vertikal tersebut.

Tentu saja, hasil karyanya ini bukan sembarang kuburan, melainkan pencakar langit yang hampir mirip sarang lebah raksasa berwarna putih dengan "gua-gua" segitiga. Menurut McSherry, separuh bangunan tersebut akan menampilkan derek permanen untuk mengangkat peti mati dan menempatkannya ke slot kosong. 

Pencakar langit ini juga dirancang untuk tumbuh ke atas setiap waktu, seiring jumlah kematian. Oleh karena itu, crane akan digunakan untuk menambah slot ruang pemakaman baru. Tidak mengherankan bila ide luar biasa ini menuai kecaman, sekaligus juga dukungan.

Norwegia telah berurusan dengan masalah kelangkaan tanah, sehingga mendorong mereka menciptakan sistem sewa lahan pekuburan selama dua dekade. Setelah itu, lahan tersebut bebas digunakan kembali untuk jasad-jasad lainnya. Situasi menjadi sangat buruk, saat petugas pemakaman mulai melakukan kecurangan; menyuntikkan peti mati dengan senyawa kapur yang mempercepat proses dekomposisi mayat sehingga lahan kosong akan tersedia lebih cepat. 

Mudah dimengerti bila Norwegia bereaksi keras terrhadap ide ini. Pasalnya, mereka masih mengkhawatirkan tentang moral kematian, menjaga martabat orang mati, dan ketidaknyamanan ketika jenazah-jenazah tersebut dipajang.

Banyak negara berada dalam posisi yang sama seperti Norwegia, termasuk Amerika Serikat. Perencana  kota Atlantic City, Chris Coutts mengatakan jika sebanyak 76 juta orang AS diperkirakan meninggal antara tahun 2024 dan 2042 harus dikuburkan, maka akan membutuhkan 130 mil persegi lahan atau seukuran kota Las Vegas!

Sejatinya, situs pemakaman vertikal seperti ini bukanlah hal baru. Pasalnya masyarakat tradisional telah menciptakan sistem pemakan bertumpuk atau biasa disebut Necropoli selama berabad-abad. Tidak hanya untuk ruang konservasi, juga pekerjaan dan penghasilan yang bisa didapatkan dari sistem tersebut. 

Necropoli telah muncul di seluruh Eropa. Bahkan New Orleans telah beralih ke plot vertikal untuk menghindari kerusakan peti mati dari terjangan banjir dan badai di kota-kota dataran rendah. 

Memorial Necropole Ecumenica, di Brasil, merupakan pemakaman tertinggi di dunia. Situs ini telah menjadi hunian bagi orang mati selama 28 tahun, dengan ribuan mayat yang memenuhi seluruh bangunan 32 lantai. 

 


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Hingga Awal November, 1,9 Juta Sertifikat Tanah Elektronik Diterbitkan

Hingga Awal November, 1,9 Juta Sertifikat Tanah Elektronik Diterbitkan

Berita
Begini Cara Cek Nilai Tanah di Suatu Daerah Secara Online

Begini Cara Cek Nilai Tanah di Suatu Daerah Secara Online

Berita
Mau Bikin AJB Tanah atau Rumah? Berikut Syarat dan Cara Mengurusnya

Mau Bikin AJB Tanah atau Rumah? Berikut Syarat dan Cara Mengurusnya

Berita
Hingga Oktober, Pemerintah Gelontorkan Rp 282,9 Triliun buat Infrastruktur

Hingga Oktober, Pemerintah Gelontorkan Rp 282,9 Triliun buat Infrastruktur

Berita
119,7 Juta Bidang Tanah Telah Terdaftar melalui PTSL

119,7 Juta Bidang Tanah Telah Terdaftar melalui PTSL

Berita
Jalan Tol Tanjung Pura-Pangkalan Brandan Akan Difungsikan saat Nataru

Jalan Tol Tanjung Pura-Pangkalan Brandan Akan Difungsikan saat Nataru

Berita
Persiapan PP Jelang Nataru, Mulai Jalan Tol hingga Mal

Persiapan PP Jelang Nataru, Mulai Jalan Tol hingga Mal

Berita
'Face Recognition' Digunakan 5,8 Juta Kali, Terbanyak di Stasiun Gambir

"Face Recognition" Digunakan 5,8 Juta Kali, Terbanyak di Stasiun Gambir

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Belitung Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Belitung Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Dibanderol Rp 1,5 Miliar, Rumah di Sawangan Ini Tak Butuh Renovasi Lagi

Dibanderol Rp 1,5 Miliar, Rumah di Sawangan Ini Tak Butuh Renovasi Lagi

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Belitung: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Belitung: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Clement Francis Terpilih Jadi Ketua Umum AREBI 2024-2027

Clement Francis Terpilih Jadi Ketua Umum AREBI 2024-2027

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Tengah: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Tengah: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Selatan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Selatan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
REI Nilai Gebrakan Ara Bertolak Belakang dengan Satgas Perumahan

REI Nilai Gebrakan Ara Bertolak Belakang dengan Satgas Perumahan

Berita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau