EIU melakukan survei di 140 kota dunia, mencakup biaya hidup yang dikeluarkan atas 160 produk dengan tujuan untuk membantu perusahaan menghitung tunjangan bagi para eksekutif yang berdinas di luar negeri.
Tampilnya Singapura sebagai pemuncak didasarkan pada biaya hidup yang meroket 40 persen, melebihi lonjakan biaya hidup di kota dunia lainnya selama survei yang dilakukan setiap dua tahun sekali. Kuatnya nilai tukar mata uang dollar Singapura terhadap dollar AS, dan pajak yang tinggi, ikut memengaruhi penilaian.
Kota ini telah menerapkan aturan pembatasan kepemilikan mobil melalui sistem kuota dan pajak yang tinggi sehingga membuat Singapura secara signifikan lebih mahal daripada lokasi lainnya.
Contohnya, sebuah Toyota Corolla Altis baru dibanderol 110.000 dollar AS (Rp 1,2 miliar). Sementara di Kuala Lumpur, mobil tersebut hanya dibanderol 35.000 dollar AS (Rp 405,6 juta). Begitu juga dengan ongkos transportasi secara keseluruhan di Singapura hampir tiga kali lebih tinggi dibandingkan di New York.
Selain itu, sebagai kota-negara dengan sangat sedikit sumber daya alam, Singapura sangat bergantung pada negara-negara lain untuk energi dan pasokan air. Alhasil, kota ini juga menempati posisi ketiga termahal di dunia untuk biaya utilitas.
Demikian halnya dengan pakaian. Survei tersebut menempatkan kota ini di urutan teratas karena harga pakaian di mal dan butik sepanjang Orchard Road jauh melebihi harga pakaian di kota-kota lainnya. Pasalnya, Singapura merupakan titik temu pakaian impor mewah bermerek dari Eropa dan Amerika Serikat.
Untuk diketahui, Singapura memiliki komposisi jutawan tertinggi terhadap total populasi sebanyak 5,4 juta jiwa. Pendapatan per kapitanya saja lebih dari 51.000 dollar AS (Rp 590 juta) pada tahun 2012.
Sementara posisi kedua ditempati kota mode, Paris, yang naik enam tempat dari posisi dua tahun lalu. Kota romantis ini menyodok di urutan atas karena memperlihatkan pemulihan harga dan menguatnya mata uang euro. Posisi berikutnya ialah Oslo dan Zurich.
"Membaiknya sentimen secara struktural di kota-kota Eropa dan kenaikan harga di Asia menjadikan dua wilayah ini sebagai pemasok terbesar kota termahal di dunia," ujar Kepala Riset EIU Jon Copestake.
Kota-kota di Eropa, lanjut Jon, menerapkan harga tinggi untuk fasilitas rekreasi dan hiburan. Selain itu, pendapatan per kapita dan juga premi yang harus dibayar jauh lebih tinggi ketimbang pendapatan.
Bagaimana dengan kota lainnya? Sydney dan Melbourne berada di peringkat kelima dan enam karena terdorong menguatnya nilai tukar dollar Australia terhadap dollar AS. Posisi Melbourne diikuti Caracas, Geneva, Tokyo, dan Kopenhagen.