Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surabaya Menantang Pengembang Bangun Pusat Belanja

Kompas.com - 01/03/2014, 13:49 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Nihilnya pasokan baru pusat belanja di Surabaya, Jawa Timur, membuat kondisi pasar ritel kota terbesar kedua Indonesia ini sangat menantang. Pengembang dan investor punya kans besar untuk menggarap pasar ritel.

Pasca beroperasinya Ciputra World Surabaya (CWS), belum ada lagi pasokan baru. Sehingga secara kumulatif, jumah pusat belanja tidak berubah sejak awal 2013 yakni seluas 957.088 meter persegi.

Dengan begitu, sebetulnya Surabaya bisa dikatakan defisit pusat belanja. Sementara, kebutuhan terus meningkat, seiring pertumbuhan populasi. Kondisi kekurangan ini kemungkinan akan terus berlanjut tahun 2014.

Menurut studi Colliers International Indonesia, ketiadaan pasok mal baru lebih disebabkan harga tanah yang terus meningkat dari tahun ke tahun yang dapat menghambat pengembangan pusat belanja baru.

Sebagai contoh, harga tanah di sepanjang jalur lingkar timur tengah (Middle East Ring Road/MERR) di Surabaya Timur, sebelumnya hanya mencapai Rp 2 juta per meter persegi. Tapi kini, sejalan dengan kehadiran MERR, meroket Rp 17 juta hingga 20 juta per meter persegi hanya dalam waktu dua tahun. Selain lahan, kendala lainnya adalah proses perizinan yang sangat lambat.

Wajar adanya bila dalam tiga tahun ke depan, Surabaya hanya akan dipenuhi mal baru seluas 284.950 meter persegi. Sebagian besar dari ruang ritel baru tersebut, berukuran di bawah 10.000 meter persegi, dan umumnya merupakan bagian dari pembangunan terpadu yang mendukung properti lainnya terutama apartemen dan perkantoran.

Sejauh ini, masih menurut studi Colliers, tak satu pun dari proyek-proyek tersebut memulai
pekerjaan konstruksinya, sebut saja Maspion City dan Lippomalls.

Padahal, menurut Senior Associate Director and Head of Research & Advisory Cushman & Wakefield Indonesia, Arief N Rahardjo, Surabaya masih membutuhkan pusat-pusat belanja baru. Terutama di kawasan-kawasan luar central business district (CBD) dengan jumlah populasi tinggi.

"Kelayakan sebuah ruang ritel dibangun itu kan berbanding lurus dengan jumlah populasi dan juga daya beli. Nah, Surabaya punya potensi besar untuk itu. Kawasan-kawasan yang sesuai dikembangkan pusat belanja baru itu yang dekat dengan pengembangan infrastruktur," papar Arief kepada Kompas.com, Jumat (28/2/2014).

Terlebih para pemain ritel besar seperti PT Mitra Adi Perkasa Tbk., PT Matahari Putra Prima Tbk., Transmahagaya Group memilih kota-kota di luar Jakarta sebagai wilayah ekspansi. Aksi ekspansi ke luar kota ini, menurut Arief, didorong faktor moratorium pembangunan mal di dalam kota Jakarta.

"Jadi, inilah kesempatan buat Surabaya menarik lebih banyak lagi pengembang dan investor untuk membangun pusat belanja," kata Arief.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau