Sebelumnya, hasil studi lembaga ini pada 2000 lalu juga menunjukkan gejala serupa; harga properti jatuh secepat kilat, namun pulih kembali dalam waktu tiga tahun.
Peneliti RICS, Peter Bolton King, mengatakan, ada kekhawatiran saat ini, bahwa properti yang terkena banjir akan terpengaruh harga jualnya.
"Harga properti di kota-kota rawan banjir pada tahun ini mengalami kenaikan pada tingkat yang sama seperti properti di kota lain yang tidak terendam air. Namun, butuh waktu untuk mencapai harga normal," kata King.
Tinggal di dekat sungai, danau, atau pantai, lanjut King, sebenarnya lebih diminati, dan berdampak positif lebih besar ketimbang kekhawatiran terkena banjir.
"Masih banyak yang berminat membeli properti seperti ini meski harus menerima kenyataan akan terendam banjir," ujar King.
Oleh karena itu, walau terkena banjir hebat pada pekan lalu, warga tidak berniat menjual rumah mereka. Maria Leishman, contohnya. Perempuan yang tinggal di Wraysburry, Surrey, ini punya rumah dengan lima kamar tidur. Ia sama sekali tak berniat pindah, apalgi menjualnya. Ia bahkan percaya, harga rumahnya tidak akan terpengaruh, meski banjir menghancurkan seluruh desa.
"Banjir memang bikin panik. Namun, itu hanya sementara. Kami memutuskan untuk menunggu sampai situasi tenang kembali. Dalam jangka panjang, saya yakin, harga rumah ini akan terus meroket," kata Maria.
Maria tak sendiri. Ada banyak rumah lain yang hingga saat ini masih terendam air. Namun, tak satu pun pemiliknya terlihat mendaftarkan properti mereka di kantor agen broker terdekat. Tak heran, Jeremy Boyle, agen properti Frost Partners, sependapat dengan hasil studi RICS.
"Orang-orang secara alami memiliki pertanyaan dan ingin melihat hasil dari banjir. Tapi, minat untuk membeli rumah yang terkena banjir justeru meningkat," tandasnya.