Kepercayaan diri para pengembang dan investor terhadap pasar properti Dubai direpresentasikan dengan peluncuran megaproyek baru tahun 2014 ini. Sebut saja MAG Group yang menanam modal sebesar 800 juta dirham (Rp 2,5 triliun) di Dubai Healthcare City. Di sini mereka membangun dua rumah sakit seluas 260.000 meter persegi, ditambah sebuah klinik, kompleks perumahan, apartemen, hotel dan ruang ritel.
Sedangkan Orion Holdings akan membangun Jumeirah Village Circle senilai 500 juta dirham (Rp 1,6 triliun). Menyusul kemudian, Union Properties yang mengembangkan proyek perumahan kelas atas Green Community di Motor City.
Tahap pertama proyek ini akan fokus pada pembangunan 78 vila yang tersebar di area seluas 330.000 meter persegi. Sedangkan tahap kedua akan mencakup 74 villa dan 58 apartemen setinggi enam lantai dengan luas bangunan 425.000 meter persegi.
Jadi, wajar saja bila Jones Lang LaSalle, menyatakan bahwa pasar properti Dubai tahun ini tidak akan mengalami koreksi harga. Pernyataan tersebut diperkuat riset Knight Frank yang mencatat kenaikan harga 10 persen hingga 15 persen. Sementara Departemen Pertanahan, justru punya prediksi lebih tinggi, yakni sekitar 35 persen hingga 40 persen.
Bukan tanpa alasan jika para pengembang dan investor tersebut berlomba melahirkan proyek anyar. Pasalnya, permintaan terus menunjukkan prospek positif. Orion Real Estate Group saja yang merupakan pendatang baru, berani menghabiskan 500 juta dirham (Rp 1,6 triliun) untuk pengembangan properti. Sedangkan Dubai Investments yang merupakan konglomerasi paling tenar di kota ini berencana merilis megaproyek senilai 3,5 miliar dirham (Rp 11,2 triliun). Sementara
CEO Dubai Investments, Khalid bin Kalban, mengungkapkan, pihaknya akan melansir fase ketiga Green Community sebanyak 250 unit apartemen dan 200 villa senilai Rp 1,6 triliun, dan peluncuran kembali Mirdiff Hills dengan nilai investasi Rp 9,6 triliun.
"Revisi konsep Mirdiff Hills dan pembangunannya diharapkan akan dimulai setelah kuartal ketiga tahun ini," ujar Kalban.
Ketika diluncurkan pada tahun 2008, Mirdiff Hills direncanakan sebagai proyek multifungsi yang terdiri atas 680 unit apartemen, 380 ruang kantor dan 129 gerai ritel. Sayangnya, proyek ini tertunda menyusul krisis keuangan global pada tahun 2009.
"Industri properti Uni Emirat Arab tampil sebagai terkuat di tengah pertumbuhan fundamental dan kepercayaan investor di seluruh sektor, baik ritel, pariwisata, penerbangan, perhotelan atau perdagangan," kata Kalban.
Menurut Kalban, siklus pertumbuhan pasar properti Dubai baru saja dimulai dengan harga properti masih jauh di bawah pencapaian tertinggi pada 2007-2008.