Fitur paling menarik dari rumah milik Teguh ini adalah keterbukaannya. Minimnya dinding tersebut memiliki fungsi sampingan. Selain membuat interior rumah terasa sejuk, Teguh menceritakan, kamar mandi yang tidak memiliki pintu juga ada hubungannya dengan keamanan.
"Tidak adanya pintu di kamar mandi fungsinya untuk memudahkan evakuasi," ujar Teguh.
Menurutnya, di usia yang menginjak 60 tahun, kemungkinan stroke terus mengancam. Sudah banyak kasus stroke tidak tertolong, bukan semata-mata karena penyakitnya, namun karena tidak tertolong selama 6 jam. Penderita mendapat serangan di kamar mandi terkunci dan tidak ada yang bisa masuk ke dalam.
Keterbukaan di kamar mandi juga memberikan keasyikan tersendiri. Mira, istri Teguh, menceritakan bahwa mandi di kala hujan bisa menjadi pengalaman menarik. Perputaran udara juga lebih baik, dan kamar mandi terhindar dari jamur. Hanya saja, keterbukaan ini ternyata juga sedikit disesali oleh Teguh.
"Satu-satunya kesalahan yang saya buat dalam membangun rumah ini adalah saya kurang membangun dinding. Padahal, saya pelukis," ujarnya.
Hingga saat ini, ada begitu banyak lukisan karya Teguh yang terpaksa disimpan atau disandarkan bertumpuk-tumpuk di dinding.
Pemilihan material
Satu lagi yang membuat rumah milik Teguh Ostenrik terasa nyaman adalah pemilihan materialnya. Teguh menggunakan beton ekspos untuk sebagian besar lantai interior rumah.
Di bagian eksterior, teguh menggunakan lantai dari batu-batu kecil. Beton ekspos yang dipoles terasa dingin ketika bersentuhan dengan telapak kaki. Sensasi berbeda, yang tidak kalah nyaman, datang dari lantai batu-batuan kecil.
Sekadar jalan bolak-balik mengelilingi rumah, atau berkarya di dalam studio, masing-masing memberikan sensai berbeda yang menginspirasi. Tidak heran, Teguh senang bekerja di rumah. Lebih sejuk dan sangat tenang, itulah alasannya.