Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Profil Pembeli Kondominium di Indonesia!

Kompas.com - 21/12/2013, 18:01 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada yang menarik dari profil pembeli kondominium di Jakarta. Sesuai dengan kelas kondominium, demikian pula halnya dengan profil pembelinya. Ada kelas menengah bawah, menengah, menengah atas, bahkan mewah.

Dari empat kategori kasta pembeli tersebut, benang merahnya adalah, bahwa merekalah kontributor terbesar terciptanya pasar kondominium Indonesia yang terus tumbuh positif. Mereka jugalah pendorong kenaikan pasok, tinggat penjualan dan juga harga. Bukan ekspatriat, terlebih asing.

Namun begitu, di balik benang merah yang sama, tentu saja ada yang berbeda. Perbedaan tersebut sangat signifikan, dan itu terkait dengan motif pembelian.

Menurut CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, profil pembeli linear dengan tipe kondominium yang dibeli.

"Khusus untuk kelas menengah atas, terbagi atas pembeli investor dan pembeli end user atau pengguna akhir. Kasta menengah atas ini terbagi dua karena motif capital gain yang cukup tinggi yang ditawarkan bila pembeli menginvestasikan uangnya di kondominium tipe ini dan pembeli akhir. Selain itu, tipe menengah atas juga diminati ekspatriat," jelas Hendra kepada Kompas.com, Sabtu (21/12/2013).

Harga kondominium menengah atas berkisar antara Rp 20 juta hingga Rp 40 juta per meter persegi atau dikonversi ke dalam unit, menjadi Rp 1,8 miliar ke atas.

Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda, mengatakan harga kondominium Rp 1 miliar-Rp 3 miliar sangat diminati pasar dan cocok sebagai instrumen investasi.

"Peminatnya banyak, tidak hanya datang dari profesional muda, melainkan juga investor yang membeli dalam jumlah banyak untuk disewakan kembali," jelas Ali, pekan lalu.

Sedangkan pembeli berkasta menengah dan menengah bawah, justru menempati porsi paling dominan dalam peta konsumen properti hunian di Indonesia. Pembeli menengah bawah adalah end user yang membeli kondominium terdorong oleh motif kebutuhan.

Oleh karena itu, harga kondominiumnya pun sekitar Rp 10 juta-Rp 15 juta per meter persegi atau sekitar Rp 300 juta-Rp 500 juta per unit dengan ukuran standar 18 meter persegi (terkecil). Satu ciri yang melekat sebagai identitas pembeli menengah bawah adalah sensitivitas tinggi terhadap harga, suku bunga dan elemen biaya lainnya.

Wajar bila kemudian para pengembang yang memasok kondominium menengah bawah memberikan kemudahan pembelian berupa cicilan uang muka dengan masa tenor lebih panjang atau bahkan dihapuskan sama sekali. Dengan demikian, pengembang memberikan subsidi awal kepada pembeli.

"Meski untuk itu kami harus menanggung risiko cashflow yang lebih panjang, namun, volume dan kuantitas transaksi akan lebih cepat terlaksana," ujar Presiden Direktur PT Pudjiadi Prestige Tbk, Damian Pudjiadi, pengembang Green Palace Residence, Cikarang, Sabtu (14/12/2013).

Berbeda dengan kelas menengah. Meski didominasi oleh end user, kelas menengah juga berasal dari mereka yang berminat pada kondominium untuk dijadikan sebagai instrumen investasi. Dengan harga penawaran Rp 15 juta-Rp 20 juta per meter persegi, bukan halangan bagi pembeli berprofil menengah ini.

Mereka, lanjut Pudjiadi, bisa memborong sebanyak 1 lantai hingga 2 lantai kondominium dengan jumlah 100 unit. Pembeli seperti ini memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap kenaikan harga jual di pasar sekunder.

Hal senada diakui Direktur Utama PT Adhi Persada Properti, Ipuk Nimpuno. Pihaknya tak menyangkal bahwa sejumlah 300 unit yang terjual dari total 900 unit kondominium Cempaka Tower di Grand Dhika City, Bekasi, dikontribusi oleh investor dan pengguna akhir kelas menengah.

"Sebelumnya mereka telah memiliki satu kondominium. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan pengguna akhir pertama, jumlah mereka kalah banyak," ujar Ipuk, Rabu (27/11/2013).

Terakhir adalah profil pembeli kelas atas (upper). Menurut Hendra, pembeli tipe kondominium seharga Rp 50 juta-Rp 85 juta per meter persegi ini adalah mereka yang hirau akan pencitraan dan eksklusivitas.
 
"Namun, menariknya, para pembeli apartemen untuk upper class masih warga negara Indonesia dan dihuni oleh pengusaha terkemuka domestik beserta sanak keluarganya. Mereka membeli tidak untuk disewakan apalagi mengharap gain tinggi," ujar Hendra.

Pendek kata, pembeli kondominium mewah adalah mereka yang masuk dalam kategori high net worth individual (HNWI).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau