JAKARTA, KOMPAS.com - Tak ada yang lebih menggiurkan untuk dijadikan instrumen investasi selain kondominium. Meski terdengar berlebihan, namun berbagai fakta menguatkan hal ini. Sepanjang tahun 2013 pertumbuhan kondominium memperlihatkan deretan angka positif di atas dua digit, baik dari segi pasokan, tingkat penjualan, maupun harga.
Dalam catatan Leads Property Indonesia, pasokan kondominium di Jakarta sampai dengan kuartal III tahun ular air ini mencapai 108.458 unit dengan tingkat penjualan fantastis yakni sebesar 96,4 persen!
Secara keseluruhan, harga rerata berada pada level Rp 19,7 juta per meter persegi, meningkat sebesar 29 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu.
Menurut CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, akselerasi pertumbuhan ini menstimulasi terjadinya perubahan pada elemen harga dengan harga tertinggi sudah menembus angka Rp 50 juta-Rp 80 juta per meter persegi.
"Kondominium dengan harga paling tinggi berada di kawasan pusat bisnis terpadu (central business district/CBD). Selain dipatok dalam valuta Rupiah, ada beberapa kondominium yang dibanderol dengan valuta dollar AS, yakni sekitar 4.000 dollar AS-6.500 dollar AS per meter persegi," papar Hendra kepada Kompas.com, Sabtu (21/12/2013).
Hendra melanjutkan, kondominium dengan harga paling rendah juga mengalami perubahan menjadi rerata Rp 16,2 juta per meter persegi. Sebagian besar kondominium seharga ini, berlokasi di belahan timur Jakarta.
Berdasarkan lokasinya, pertumbuhan harga di CBD lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan harga di luar CBD. Harga rerata kondominium per kuartal III 2013 di CBD dan luar CBD masing-masing mencapai Rp 35,5 juta per meter persegi atau meningkat sebesar 28,2 persen dan Rp 25,5 juta atau tumbuh 22,3 persen per meter persegi ketimbang periode yang sama tahun lalu.
"Dengan demikian, performa sektor kondominium berjalan baik karena menunjukkan pertumbuhan yang positif," ujar Hendra.
Sementara dari segi penjualan, kondominium di area non CBD meraup simpati publik lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat penjualan kondominium di area CBD. Hal tersebut menunjukkan tingkat permintaan (demand) yang juga lebih tinggi untuk kondominium di luar CBD, karena ditunjang oleh harga yang relatif lebih terjangkau dan semakin mahalnya harga rumah tapak (landed property) di luar CBD.
Nah, terkait semakin melejitnya harga dan defisit lahan di CBD Jakarta, mendorong pembangunan kondominium lebih marak terjadi di luar CBD. Pergeseran distribusi wilayah pasokan kondominium ini sejatinya sudah terjadi sejak beberapa tahun silan. Namun, selama sembilan bulan tahun ini, terjadi perubahan komposisi pasokan kondominium yang mencolok.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.