Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uang Muka Naik, Harga Hunian Justru Meroket!

Kompas.com - 18/12/2013, 16:36 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Harga rumah baru di empat kota utama China terus meroket, dengan Shenzhen sebagai kota yang mengalami kenaikan tertinggi selama hampir tiga tahun terakhir. Fenomena ini sekaligus memperlihatkan kegagalan pemerintah daerah dalam mencegah pembeli memborong properti.

Betapa tidak, selain Shenzhen, Guangzhou juga mencatat peningkatan sebesar 21 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan Shanghai dan Beijing mengalami lonjakan harga masing-masing  18 persen dan 16 persen.

Biro Statistik Nasional China melansir data mengejutkan, kenaikan harga tak hanya terjadi di empat kota utama tersebut, melainkan juga di 69 kota lainnya yang mereka survei selama November lalu.

Nilai penjualan rumah juga naik ke level tertinggi dalam hampir dua tahun sejumlah 119 miliar dollar AS (Rp 1.423 triliun).

Menurut Knight Frank, pertumbuhan harga rumah China ini merupakan ketiga tercepat setelah Dubai yang naik 22 persen dari tahun sebelumnya.

Padahal, sebelumnya, Otoritas Nasional telah melakukan upaya penahanan harga dengan memperkenalkan kebijakan untuk mengendalikan pasar properti. Mereka memilih langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh otoritas lokal, seperti menaikkan uang muka lebih tinggi lagi untuk pembelian rumah kedua dan ketiga.

"Harga rumah di kota-kota besar menjadi tidak terjangkau. Ini sebagai dampak dari tindakan properti di tingkat lokal yang tidak terlalu kuat. Kami telah melihat kebijakan serupa sebelumnya. Pemerintah Pusat memperlakukan kota secara berbeda, tapi mereka masih akan mengambil tindakan secara Nasional jika harga rumah melejit terlalu cepat," ujar ekonom Societe Generale SA, Yao Wei.

Akselerasi pertumbuhan harga mterjadi sejak tahun lalu dalam periode yang sama di keempat kota utama. Keempat kota utama ini, memiliki tingkat konekstivitas dengan bisnis internasional yang begitu tinggi, tempat basis perusahaan multinasional dan merupakan pasar yang paling likuid dan transparan.

Menurut analis Citigroup, Oscar Choi, kepemimpinan China telah mengubah pola pikir kebijakan dengan membatasi permintaan untuk lebih memfokuskan diri secara jangka panjang yakni mengatur pasar properti lebih lanjut. Langkah ini ditempuh sebagai basis rencana pemerintah untuk memisahkan perumahan yang terjangkau dan pasar properti swasta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau