Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Modernisasi Blok G Pasar Tanah Abang Dimulai dari Pembenahan Sistem Pasar

Kompas.com - 13/08/2013, 15:46 WIB
Tabita Diela

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merenovasi Blok G Pasar Tanah Abang untuk membujuk pedagang kaki lima (PKL) agar mau berjualan di dalamnya sebenarnya bukan perkara mudah.

Tidak hanya melibatkan Pemprov DKI Jakarta dan para PKL, kasus ini juga melibatkan banyak pihak lain, seperti PD Pasar Jaya sebagai pengelola pasar, masyarakat sebagai konsumen, dan pihak-pihak lainnya. Namun, penduduk Jakarta atau penduduk Indonesia secara umum boleh jadi berutang pada keberanian Pemprov DKI mengangkat masalah tersebut.


Mencuatnya permasalahan seputar gedung pasar membuka cakrawala pemikiran warga Jakarta. Selama ini, publik hanya dihadapkan pada dikotomi pasar modern, yang biasa dilambangkan hanya dengan pasar-pasar swalayan, serta pasar tradisional, dengan penggambaran klasik yaitu pasar basah. Sementara, Pasar Tanah Abang merupakan salah satu jenis pasar serba ada yang justru sangat unik.

Pasar Tanah Abang, khususnya blok-blok yang dikelola perusahaan swasta, menggabungkan kedua konsep pasar modern dan pasar tradisional. Maksudnya, selain bangunannya bersih, terawat, dikelola dengan baik, dan memiliki zonasi jelas, kegiatan jual-beli juga tetap bisa dilakukan dengan tawar-menawar.


Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Munichy B Edrees mengatakan, sebelum mengambil keputusan atas arah pembenahan Blok G Pasar Tanah Abang, pihak terkait harus mempertanyakan dan memahami hal yang lebih mendasar.

"Ada banyak dimensi yang harus dilihat, dikritisi terlebih dahulu. Modernisasi pasar bisa dilakukan dengan memodernkan sistem pasar, bangunan fisik, dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, terutama pengelola. Ada beberapa faktor orisinal yang membuat orang rela mengunjungi pasar tradisional. Hal-hal sederhana, seperti keinginan mendapatkan barang dagangan yang segar, dan kemungkinan tawar-menawar bisa menjadi daya tarik bagi konsumen," ujar Munichy kepada Kompas.com, di Jakarta, Selasa (13/8/2013).


Munichy juga mengingatkan, dalam membangun sebuah gedung, termasuk pasar, ada tujuh langkah yang harus diikuti.

"Yang pertama fungsi, yang kedua estetika, yang ketiga teknik, termasuk konstruksi dan struktur, yang keempat safety. Bangunan harus bisa menyelamatkan penghuninya ketika terjadi sesuatu (bencana). Yang kelima comfort, yang keenam konteks. Keberadaan bangunan tersebut konstekstual atau tidak. Yang ketujuh efisiensi," imbuhnya.

Selain itu, menurut Munichy, tak kalah penting adalah perhatian pada penataan zonasinya yang memudahkan konsumen mendapatkan barang yang dibutuhkan. Juga penataan koridor dan sirkulasi pengunjung yang tersebar merata antarzonasi atau wilayah dalam bangunan gedung sehingga memungkinkan terjadinya pemerataan omzet para pedagang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau