Meskipun upaya pemerintah masih berlanjut guna meredam pasar perumahan di negara itu, geliat penjualan tak kunjung padam dan harga rumah terus naik. Nilai penjualan properti residensial membubung 40 persen, diikuti gedung perkantoran dengan pertumbuhan 29 persen dan bangunan komersial dengan kenaikan 20,4 persen.
Data Sistem Indeks Properti China (China Real Estate Index System/CREIS) menunjukkan harga rumah di 100 kota melambung 7,9 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya, setelah kenaikan 0,87 persen pada bulan Juli tahun ini. Secara year on year hingga Juni saja, harga sudah menunjukkan peningkatan 7,4 persen.
Pertumbuhan di bulan Juli merupakan lonjakan terbesar sejak Desember. Hal ini sekaligus memutarbalikkan perhitungan para analis bahwa pembeli tidak lagi prihatin terhadap tindakan pemerintah dengan kebijakan pengetatan kredit.
Sementara itu sebuah jajak pendapat baru dirilis perusahaan properti E-House. Di 288 kota, harga tumbuh 11 persen pada Juli dari tahun sebelumnya, setelah membukukan kenaikan 10,5 persen pada Juni.
Kenaikan harga rumah terbesar terjadi di 10 kota utama dengan harga paling mahal, termasuk Beijing dan Shanghai. Di kota-kota tersebut, kenaikan harga rerata 1,3 persen selama satu bulan dan 11 persen pada tahun ini.
Sementara sektor kredit atau pinjaman dalam negeri untuk investasi properti mencapai 1,143 miliar yuan (Rp 1,902 triliun) selama tujuh bulan pertama. Jumlah kredit ini melonjak 31,1 persen. Investasi asing meningkat 26,9 miliar yuan (Rp 44,7 triliun), naik 18,0 persen. Dana swadaya juga meningkat 18,2 persen ke level 2,515 miliar yuan (Rp 4,1 triliun). Sumber dana lain termasuk pinjaman pribadi, mencapai 794,5 miliar yuan (Rp 1.322 triliun) atau meningkat 56,0 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.