Beberapa pengembang Nasional menunjukkan minat dan ketertarikannya. Menyusul Ciputra Group yang telah mengembangkan perumahan kelas menengah atas dan akan membangun pusat komersial, terdapat nama-nama seperti Sumber Mitra Realtindo, Lippo Group dan Binakarya Propertindo.
Sekretaris DPD REI Kalimantan Selatan Wahyu Efendi mengungkapkan, pangsa pasar Banjarmasin cukup dapat mengakomodasi sejumlah pasok properti. Perumahan tipe menengah menjadi primadona. Tingkat penjualannya menunjukkan kurva menanjak dari tahun ke tahun. Hal ini memotivasi sejumlah pengembang membuka lahan-lahan perumahan baru.
PT Bamega Persada Pratama contohnya. Pengembang lokal ini tengah memasarkan lima proyek perumahan anyar dengan tipikal unit 36 dan 45 meter persegi. Mereka mematok harga jual sekitar Rp 200 juta hingga Rp 300 juta per unit.
"Dua tipe perumahan tersebut menguasai market share pasar perumahan. Selain pasoknya paling banyak, jumlah kelas menengah lebih "tebal" ketimbang kelas atas," jelas Wahyu kepada Kompas.com, Kamis (27/6/2013).
Menariknya, lanjut Wahyu, kendati dikuasai kelas menengah, namun ekspektasi pasar Banjarmasin terhadap kualitas perumahan terus mengalami perbaikan. Pasar tidak akan menyerap proyek perumahan bila belum atau tidak dilengkapi dengan infrastruktur dan fasilitas yang berkualitas.
"Ekspektasi pasar Banjarmasin memang sudah berubah jauh. Ini merupakan pengaruh positif dari kehadiran pengembang besar macam Ciputra Group yang memperkenalkan konsep perumahan klasterisasi lengkap dengan fasilitas dan infrastruktur berkualitas berupa jalan lingkungan perumahan yang dibetonisasi, taman yang tertata dan sentra komunitas," ujar Wahyu.
Jadi, wajar saja, jika penciptaan (create the new market) pasar baru yang mereka lakukan sukses mengubah peta kompetisi sektor properti di sini menjadi lebih hidup. Dus, Ciputra Group pun melakukan ekspansi dengan membuka perumahan proyek skala kota di Banjarbaru sebagai respon positif yang mereka dapatkan di Banjarmasin.
Orientasi Pengembangan ke Selatan
Selain sektor perumahan tapak (landed house), Banjarmasin cukup prospektif untuk pengembangan pusat belanja. Orientasi pengembangan komersial saat ini sudah mengarah ke wilayah Selatan, yakni Kilometer 7 hingga Kilometer 17.
Harga lahan di kawasan tersebut masih relatif lebih kompetitif ketimbang wilayah Utara Kota atau Kilometer 1 hingga 6. Posisi aktual harga lahan berada pada kisaran Rp 3,5 juta sampai Rp 5 juta per meter persegi. Sementara di Kilometer 1-6 sekitar Rp 10 juta per meter persegi. Angka lebih tinggi dipatok untuk lahan di kawasan CBD Banjarmasin seperti di ruas Lambung Mangkurat senilai Rp 15 juta-Rp 20 juta per meter persegi.
"Jadi, kawasan Selatan berpotensi menjadi CBD baru Banjarmasin. Beberapa proyek properti baru tengah dikembangkan di sini, sebut saja Apartemen Grand Banua," tandas Wahyu.
Khusus untuk ruang ritel, meski terdapat beberapa yang gulung tikar macam Pos Junction, Plaza Mitra dan Metro Hi Center (Plaza Metro City), namun itu karena tidak dikelola secara profesional.
Menurut Direktur Ciputra Group, Sugwantono Tanto, Banjarmasin masih memerlukan pusat belanja dengan ukuran yang lebih besar dari ketiga pusat belanja tersebut. Preferensi pasar di kota ini lebih condong berbelanja di tempat yang lebih lapang, lengkap dan variatif. Jangan berjudi membangun mal dengan ukuran separuh dari Duta Mall, pasti tak akan dilirik pasar.
Selain itu, pangsa pasar Banjarmasin juga cakupannya lebih luas. Tidak sekadar berasal dari dalam kota, juga wilayah penyangga macam Tanah Laut, Barito Kuala, atau bahkan Banjarbaru dan Martapura yang masuk dalam Tata Ruang Metropolitan.
"Untuk memenuhi kebutuhan itulah, kami membangun mal dengan dimensi 80.000 meter persegi. Di dalamnya terdapat berbagai macam fasilitas yang lengkap. Mulai dari daily goods, hobbies, pusat kebugaran, kuliner, fesyen dan lain-lkain," ujar Sugwantono.
Sementara untuk sektor hunian, rumah tapak masih menjadi favorit. Apartemen belum dianggap krusial sebagai pengganti rumah tapak. Lagipula, gaya hidup masyarakat Banjarmasin, umumnya belum mencapai "membutuhkan" tinggal di hunian vertikal.
"Karena Apartemen Grand Banua merupakan yang pertama, maka wajar bila penjualannya cukup bagus. Namun, bila nanti ada yang kedua, ketiga dan seterusnya, akan kalah saing dengan landed house," imbuh Wahyu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.