Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eddy: Apersi Bangun Perumahan Murah Terpadu

Kompas.com - 25/03/2011, 07:48 WIB

Apersi menyatakan sanggup membangun rumah murah seharga Rp 22 juta. Bagaimana Anda menjelaskan ini? Isu rumah murah muncul setelah Presiden yang ditegaskan kembali oleh Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengajak pengembang membangun rumah murah Rp 25 juta-Rp 30 juta dengan syarat bebas biaya perizinan, bebas biaya serifikat, bebas biaya tukang, dan lahan disediakan pemda, Jadi betul-betul hanya membangun fisiknya. Tapi lalu timbul pertanyaan, apa rela pemda tidak memungut biaya? Sementara banyak kebijakan pusat tidak dijalankan pemda di daerah.

Karena ini sudah dicetuskan beberapa kali, Apersi melakukan studi untuk harga ini. Dan Apersi menyatakan mampu dengan harga Rp 22 juta. Rumah ini kami sebut rumah kuntum karena ibarat bunga belum mekar, rumah ini perlu dimekarkan lagi. Jadi rumah tipe 36 m2 itu tipe studio, kosong tak ada sekat. Penghuninya bisa pakai kain dulu, bisa pakai tripleks bekas, batako. Silakan mekarkan sendiri. Dan harga Rp 22 juta itu harga yang wajar. karena rumah ini sudah layak huni, dengan dinding minimal batako.

Apersi sudah mengajak pemda di daerah meresalisasikan rumah murah ini? Apersi merasa tertantang, lalu mengajak kepala daerah, dan ada kepala daerah ada yang mau. Dan mereka yang sudah siap adalah Pemkab Musi Banyuasin, Pemkot Palembang, Pemkab Ogan Komering Ulu Timur, dan yang sudah berjalan di harga Rp 55 juta di Kabupaten Musirawas di Sumatera Selatan.

Dan Apersi sedang menjajaki kerja sama dengan Pemkab Belitung, sekitar 200 hektar. Bentuknya hunian berimbang. Jadi masih ada pemda yang mau bekerja sama dengan Apersi mewujudkan rumah murah. Kita sendiri sebagai pengembang sudah mempersiapkan rumah murah dan rumah sejahtera. Rumah murah (22 m2 dan 26 m2). Salah satu lahan disiapkan di Jawa Tengah, di satu lokasi 70 hektar.

Beberapa pengamat meragukan kebijakan rumah tidak berhasil. Karena rumah murah yang dibangun jauh di luar kota, tidak murah lagi karena transportasi menjadi mahal. Apakah Apersi sudah memiliki konsep terpadu sehingga pembangunan rumah murah betul-betul murah bagi pembelinya? Apersi sedang menawarkan konsep untuk menyukseskan agar program berjalan dengan baik. Yaitu Apersi membangun kawasan perumahan murah, harus bangun secara terpadu.

Kalau kita bangun perumahan ini, harus untuk masyarakat betul-betul tak mampu. Tanah yang diberikan pemerintah, jauh dari pusat kota, jauh dari tempat mencari nafkah. Ini akan berbahaya sekali jika tidak dibuat secafa terpadu. Dikhawatirkan rumah rumah itu akan kosong.

Karena itu kita bangun rumah ini, harus tahu siapa yang akan menghuni rumah itu. Jika di luar kota, MBR, berpenghasilan tak tetap, dibuatkan fasilitas, agar dapat cari nafkah sekitar itu. Dikaitkan dengan program UKM, membuat peternakan sapi.

Karena dari usaha ini, setelah sekian tahun, sapi bisa dijual, sementara selama berkembangnya sapi, banyak yang dimanfaatkan dengan bangun fasilitas lainnya, susu, kotoran sapi diolah jadi pupuk dan pembangkit tenaga listrik/biogas. Jadi buat rencana biogas, gunakan komponen lokal, sedang disiapkan. Gas akan jadi listrik, dan listrik dijual ke PLN. Hasil penjualan dapat dinikmati penghuni rumah, dan digunakan untuk mencicil.

Apersi sedang mempersiapkan konsep ini bersama lima doktor dari ITB. Apersi mengaitkan ini dengan program kementerian lain, terkait dengan UKM misalnya. Awalnya MBR diberi modal bantuan atau pinjaman lunak dengan fasilitator mengoperasikan.

Contoh lainnya dengan membuat pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan sampah. Sampah ini dibeli oleh pengelola pembangkit, masyarakat penghuni rumah murah. Sampah dibeli Rp 450 per kg. Dengan mengumpulkan sampah, mereka bisa mendapat penghasilan. Sampah yang dipakai yang tidak punya nilai jual lagi. Yang punya nilai jual, dijual langsung. Kemudian sampah ini setelah dibakar, hasilkan enegeri, broiler. Listriknya dijual, kembalikan ke mereka. Ini pemulung-meulung dikasih rumah murah, cocok sekali.

Kami akan minta waktu ke Pak Menteri untuk mempresentasikan konsep ini. Kalau rumah murah dibangun di pinggiran kota, banyak pemulung yang bisa membelinya. Karena sambil memulung, mereka bisa memanfaatkan sampah. Kalau sapi, bisa kerjaan part timer, mencari rumput sebentar tapi bisa kerja tempat lain. Saya yakin konsep rumah murah terpadu ini akan mengurangi kekumuhan di kota-kota.

Rencana lainnya, Apersi membuat pembangkit listrik dari tenaga angin. Dan ini cocok di daerah pesisir di mana nelayan penghuninya. Listrik tak perlu bayar, pemeliharaan murah. Jadi konsepnya seperti ini. Tapi Apersi tak bisa sendirian. Harus ada dukungan instansi lain. (Robert Adhi Kusumaputra)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com