Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imelda Sundoro, dari Otomotif Merambah Properti

Kompas.com - 08/05/2010, 15:07 WIB

KOMPAS.com — Imelda Tio atau Imelda Sundoro saat ini merupakan pengusaha sukses dari Solo, Jawa Tengah. Di kota kelahirannya, Imelda kini memiliki hotel Novotel Solo, Ibis Solo, Best Western Premier, dan Harris di superblok Solo Paragon yang segera dibuka tahun ini. Imelda juga memiliki Hotel Novotel di Semarang dan tanah kosong di Bukit Sari. Ia pun akan bekerja sama dengan Grup Ciputra untuk membangun perumahan di sana. Di Yogyakarta, Imelda juga memliki Hotel The Phoenix, hotel butik yang sebelumnya bernama Grand Mercure.

Hotel terbarunya di Solo, Best Western Premier, mendapatkan penghargaan dari MURI karena mengusung konsep serba batik sehingga membuat hotel yang sebelumnya merupakan bangunan mangkrak itu, menjadi salah satu ikon dan ciri khas Solo. Wali Kota Solo Joko Widodo bangga dengan usaha Imelda.

"Sudah banyak hotel yang menggunakan unsur-unsur kebudayaan. Namun, baru Best Western Solo yang mengedepankan dan mengutamakan penggunaan motif batik sebagai interiornya. Tidak hanya interior, tapi segi eksteriornya sudah menampilkan cetakan-cetakan motif batik. Ini yang membuat kami tidak ragu untuk memberikan penghargaan ini,” tutur Jaya Suprana dari MURI saat memberikan penghargaan itu kepada Imelda.

Imelda pernah mendapatkan penghargaan Ernst & Young tahun 2008 yang diserahkan langsung oleh Menteri Perindustrian (waktu itu) Fahmi Idris, didampingi CEO Ernst & Young Guiseppe Nicolosi. Imelda menerima penghargaan Special Award for Entrepreneurship Spirit 2008. Ini merupakan satu-satunya penghargaan berkelas internasional untuk wirausaha yang sukses membangun dan memimpin bisnisnya.

Lahir di Solo, 2 Mei, Imelda Sundoro merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara. Ayahnya bernama Koo Tjong Tjang dan ibunya Tio Fee Swie. Ayahnya meninggal dunia ketika Imelda berusia 9 tahun. "Bayangkan bagaimana upaya mami yang punya tujuh anak waktu itu untuk menghidupi anak-anaknya. Padahal mami waktu itu berusia 27 tahun," cerita Imelda.

Imelda mengaku sudah terbiasa hidup susah. Mentalnya sekuat baja. Sejak kecil, dia  digembleng karena dia tak biasa dimanja. Imelda mengenyam pendidikan di Malang dan Solo. Setelah lulus SMA Kanisius Putri, Imelda sempat melanjutkan pendidikan di Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. "Tapi hanya sampai tahun ketiga karena saya keburu menikah," cerita Imelda.

Setelah menikah, Imelda membuka usaha jahitan di Solo. Produknya kemudian dijual di Jakarta, dibantu oleh adik Imelda, Koo Lie Ing. Usaha konveksinya berkembang. Seiring dengan itu, Imelda juga memulai usaha furnitur dan menjadi makelar mobil bekas. Imelda yang terbiasa bekerja keras ini mampu mengembangkan usaha bisnisnya sedikit demi sedikit sampai akhirnya menjadi bukit.

Hingga kini, Imelda tetap merakyat. Dia akrab dengan siapa pun. Tak jarang dia selalu mengajak para pegawainya makan bersama. "Saya selalu ingat masa-masa susah. Jadi, sambil bekerja, saya juga tetap memikirkan orang-orang kurang beruntung," katanya.

Suami Imelda, Hoo Sundoro Hosea atau Hoo Ik Soen, belum lama ini meninggal dunia pada usia 75 tahun. Suaminya termasuk orang yang dihormati di Solo. Berbagai kalangan lintas agama datang ke vihara, memberi penghormatan terakhir kepada Sundoro Hosea.

Bersama suaminya, Imelda merintis usaha dari nol. Dari mulai usaha jahit, garmen, furnitur, jual beli mobil bekas, dealer mobil, usaha transportasi antarkota, sampai bidang properti. Usaha dealer mobil milik keluarga ini, Sun Motor, didirikan tahun 1974 di Solo, Jawa Tengah. Awalnya usaha ini dinamakan UD Sun Motor, usaha yang bergerak di bidang kredit mobil di sejumlah kota di Jawa Tengah.

Imelda dan Sundoro pantang menyerah, jujur, dan fokus pada pekerjaan sehingga Sun Motor makin dipercaya oleh agen tunggal pemegang merk (STPM) dan menjadi pemain utama dalam bisnis otomotif di Indonesia. Saat ini terdapat 53 cabang Sun Motor di Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Denpasar, Medan, dan sejumlah kota lainnya di Indonesia. Sun Motor merupakan dealer resmi sejumlah merek mobil, yaitu Mitsubishi, Suzuki, Nissan, Hino, Chevrolet, Renault, dan Toyota. Sun Motor juga memiliki divisi khusus yang menangani sepeda motor Suzuki dengan 37 cabang di berbagai kota di Indonesia.

Sukses dalam bisnis otomotif, Imelda dan Sundoro mencari peluang baru dalam bidang lainnya, mulai dari properti, jasa keuangan, dan penyewaan kendaraan.

Kini empat putra-putri keluarga Sundoro Hosea, yaitu Hartono Sundoro Hosea, Lisa Tjandrakusuma, Andrysan Sundoro Hosea, dan Jeffry Sundoro Hosea, terjun mengelola semua bidang bisnis dalam grup ini.

Grup Sun Motor terus berekspansi, termasuk dalam bidang properti. Berikut ini wawancara khusus Robert Adhi Ksp dari Kompas.com dengan Imelda Sundoro, pendiri, Presiden Komisaris dan CEO Sun Motor di Jakarta, Jumat (7/5/2010) pagi. Berikut petikannya:

Sebelum sukses mengembangkan usaha properti, Sun Motor sejak lama dikenal sebagai dealer mobil. Sejak kapan Anda bergelut di bidang otomotif?
Ya memang kami sudah menggeluti dunia otomotif sebagai dealer mobil sejak lebih dari 30 tahun lalu di Solo. Setelah di Solo, kami buka cabang Sun Motor di banyak kota, mulai dari Semarang, Kudus, Pati, Salatiga, Purwokerto, Boyolali, Wonosobo, Magelang, Klaten (Jawa Tengah), Surabaya, Jember, Kediri, Blitar, Madiun, Lamongan, Malang, Pasuruan, Sidoarjo, Probolinggo, Banyuwangi (Jawa Timur), Yogyakarta, Denpasar, Bandung, Medan, Banda Aceh, juga di Jakarta, mulai dari Matraman, Cempaka Putih, Fatmawati, Kalimalang, Tanjung Duren, Puri Indah, sampai Kebon Jeruk, dan berbagai kota lainnya.

Sun Motor juga agen tunggal pemegang merek Vespa, MAN, dan Aprilia. ATPM MAN beralamat di Jalan DI Panjaitan, Kebon Nanas, Jakarta Timur.

Sun Motor sempat membuka cabang di Los Angeles, Amerika Serikat. Namun akibat krisis keuangan global, terpaksa cabang di LA kami tutup.

Anda kan waktu itu belum berpengalaman dalam bisnis properti, apa pertimbangan Anda sehingga berani terjun dalam bidang properti?
Memang, banyak yang bertanya kepada saya, kok saya berani beralih bidang bisnis? Awalnya saya terjun dalam bidang garmen, lalu saya menjajaki dunia otomotif dan kemudian ke bidang properti. Sebenarnya saya juga pernah bergelut dalam bisnis transportasi, punya perusahaan otobus Giri Indah. Ini kan sebetulnya pekerjaan lelaki, dunia lelaki. Setelah krisis moneter tahun 1998, saya menjual perusahaan itu dan tetap menguntungkan.

Yang penting, integritas, komitmen, dan semangat kerja, spirit, dan memiliki imajinasi. Kalau tak punya imajinasi dan strategi, bekerja tidak menggunakan otak dan tidak memenuhi sasaran, usaha kita tidak akan maju.

Sebenarnya sudah lama saya mulai terjun dalam bidang properti. Saya berpikir bisnis otomotif tergantung pada supply and demand, tak bisa dilebihkan. Sementara itu, bisnis properti tak ada batasnya. Saya melihat hanya bisnis properti yang bisa berkembang terus.

Sekitar 20 tahun yang lalu, saya memulainya dengan membeli tanah, lalu menjualnya kepada pihak swasta. Lama-lama saya melihat bisnis jual-beli tanah prospektif. Saya mulai mengerti seluk-beluk pembebasan tanah dengan cara otodidak. Saya membeli tanah di Semarang, Surabaya, Solo, dan juga di Bali dan Jakarta.

Saya memiliki tanah di kawasan Bukit Sari seluas 25 hektar di Semarang, sebagian ada yang hilang. Di atas tanah itu akan dibangun perumahan, dan kami bekerja sama dengan Grup Ciputra.

Usaha properti lainnya adalah Perumahan Citra Gading di Serang, Banten.

Perusahaan Anda terus memperluas ekspansi. Apa lagi yang baru dari Grup Sun Motor?
Dalam tahun 2010 ini, akan buka dua hotel baru di Bali, yaitu Hotel All Seasons di Jalan Teuku Umar, dan Hotel Ibis Tuban. Semuanya dikelola jaringan Accor dari Perancis, seperti halnya Hotel Novotel Solo, Ibis Solo, Novotel Semarang, dan The Phoenix Yogyakarta.

Tahun 2009, hotel kami Grand Mercure Yogyakarta berubah nama menjadi The Phoenix. Pengelolanya masih jaringan Accor. Hotel ini hotel galeri yang sangat disukai orang-orang asing. Mereka menghargai bangunan bersejarah, heritage. Perubahan nama ini atas permintaan Accor juga.

Tahun lalu juga, hotel kami terbaru, The Best Western Premiere di Solo, dibuka. Hotel ini dulunya bangunan mangkrak di Jalan Slamet Riyadi, depan BCA Solo. Awalnya saya ajak orang Accor. Namun, agaknya mereka kurang tertarik. Akhirnya saya gaet Best Western dari Amerika. Sebenarnya saya ingin tahu, jaringan Amerika dan Perancis, mana yang terbaik. Tentu satu sama lain tak mau kalah.

Nah, Best Western Premiere baru saja mendapatkan penghargaan MURI karena serba batik, semua yang ada di hotel itu bernuansa batik. Waktu itu tercetus ide, bagaimana agar hotel baru ini dapat bersaing dengan hotel lainnya, sekaligus menjadi ikon pariwisata Kota Solo. Untuk itu dibutuhkan pikiran yang inovatif dan kreatif. Dan nyatanya sekarang Best Western Premiere makin dikenal.

Ibis Solo dibuka berdampingan dengan Novotel Solo, satu manajemen. Artinya tamu Ibis bisa memanfaatkan kolam renang dan spa Novotel. HRD dan audit satu, dan hanya food and beverage serta house keeping yang dipisah. Tapi ini dilakukan demi penghematan.

Anda salah satu pemilik superblok Solo Paragon. Bagaimana perkembangan Solo Paragon?
Sampai bulan Mei ini, Solo Paragon sudah selesai 75 persen. Di sini dibangun kondotel, pusat perbelanjaan, gedung perkantoran. Gedung apartemen di Solo Paragon merupakan tertinggi di Jawa Tengah dengan 25 lantai, lahan terluas yaitu 4,2 hektar di pusat kota Solo, dan terlengkap dengan berbagai fasilitas. Lahan parkirnya berkapasitas ribuan kendaraan.

Saya bekerja sama dengan pengembang lain, Grup Gapura Prima. Mengapa kerja sama penting? Supaya usaha otomotif Sun Motor tidak telantar, tetap berkembang.

Sudah ada rencana untuk tahun 2011?

Tahun 2011, akan dibuka sejumlah hotel di beberapa kota. Kali ini saya pilih budget hotel, Formule-1. Mengapa pilih Formule-1? Saya lihat di Jakarta, terlalu banyak hotel bintang lima, tapi okupansi tidak selalu penuh. Lalu kenapa tidak pilih hotel murah bersih?

Jadi tahun 2011, akan dibuka empat hotel Formule-1, yaitu di Sunset Boulevard (Bali), di Jalan Pierre Tendean (Semarang), di Jalan Solo (Yogyakarta), dan satu lagi di Jakarta Barat. Tahun depan, empat hotel ini harus sudah beroperasi. Ke depan, kami akan buka hotel Formule-1 lagi di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan. Saya senang untuk selalu kreatif dan inovatif. (Robert Adhi Ksp)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com