Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semangat Keterbukaan di Rumah Yudi Latif

Kompas.com - 21/03/2010, 16:45 WIB

Beberapa rak putih berjejer menempel pada dinding bagian kanan tengah sampai belakang. Rak-rak itu penuh buku dengan beragam judul. ”Buku-buku ini tidak ditata berdasar tema, tapi saya ingat letaknya,” kata doktor bidang sosial-politik lulusan Australian National University, Australia, itu.

Ruangan ini terasa makin lega karena plafon dibuat rata, tanpa ornamen. Dari sini langsung bisa diakses ruang makan dan mushala di bagian belakang. Hanya ada bufet kaca sebagai pemisah antara ruang tamu dan ruang makan.

Saat baru dibeli dulu, cerita Yudi, ada dua tiang di ruang tamu itu. Plafonnya juga dihiasi ornamen. Ada juga sedikit penyekat ruangan bagian tengah. Semua itu kemudian dihilangkam saat renovasi.

”Ruang ini sering dipakai untuk pengajian, kumpul keluarga, dan diskusi,” kata Yudi, yang menjadi Kepala Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia (PSIK).

Suasana terbuka juga terasa di dapur yang terletak di samping kiri bangunan. Dapur itu cukup longgar dan menyambung dengan ruang makan. Yang menarik, atap dua ruang itu dibuat dari polikarbonat transparan sehingga sinar matahari siang leluasa masuk menerangi rumah.

Privat
Meski cenderung terbuka, rumah itu juga punya ruang-ruang privat. Ada enam kamar di dalam bangunan itu. Tiga di antaranya merupakan kamar utama untuk Yudi bersama istri dan anak-anaknya.

Salah satu ruang anak, yang berada di samping kiri ruang tamu, juga dimanfaatkan menjadi ruang kerja. Sebuah dipan dengan jeruji tinggi untuk tidur si kecil diletakkan di tengah. Di sampingnya, ada satu set meja-kursi dan komputer.

”Saya nyaman menulis di sini, terutama setelah bangun tidur. Kalau sudah menulis, biasanya saya suka menyendiri tanpa diganggu sampai menyelesaikan satu pokok pikiran,” papar pemikir sosial keagamaan dan kenegaraan yang telah menerbitkan 10-an buku itu.

Begitulah, rumah itu memberikan keseimbangan antara keterbukaan dan privasi. Keterbukaan terletak pada tata ruang yang cenderung minim sekat. Privasi terasa pada kamar-kamar yang nyaman untuk istirahat.

Keseimbangan semacam itu rupanya membuat Yudi betah tinggal di rumah. Atmosfer inilah yang menjaga mood-nya untuk mengolah dan menuliskan gagasan-gagasannya yang bernas dan jernih. Tentu saja, terbuka, dan melintas batas.

Penuh Rasa Syukur

Setiap jengkal rumah ini penuh rasa syukur dan terima kasih,” kata Yudi Latif. Maksudnya, rumah itu diperoleh berkat limpahan rezeki dari Allah dan bantuan taman-temannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com