Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, tepat pada hari Idul Fitri 1429 Hijriah, Rabu (1/10) malam, akan meninggalkan Indonesia menuju kota Paris, Perancis. Sebelumnya, ia disebut-sebut akan menerima penghargaan perdamaian dari badan PBB, UNESCO, di kota tersebut.
Namun, saat dikonfirmasi pers, akhir pekan lalu seusai shalat Jumat, Wapres Kalla membantahnya. Ternyata ia hanya akan menghadiri pemberian penghargaan perdamaian The Felix Houphouët-Boigny Peace, yang dianugerahkan UNESCO kepada mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari.
Wapres Kalla tak sekadar hadir. Ia juga mengaku diminta untuk memberikan pidato atas pemberian penghargaan kepada Martti Ahtisaari. Pemberian penghargaan terhadap fasilitator perundingan damai Pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Finlandia tahun 2005 itu akan dilakukan di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Kamis (2/10).
”Saya datang untuk memberikan solidaritas dan menghormati teman saya, Martti Ahtisaari. Saya juga akan berbicara sedikit tentang dia (saat pemberian penghargaan). Dia teman baik saya karena dia telah membantu perundingan damai Aceh. Karena itu, saya akan memberikan sambutan singkat sebagai solidaritas. Jadi, bukan saya yang mendapat penghargaan,” tandas Wapres Kalla.
Martti Ahtisaari adalah Presiden Finlandia periode 1994- 2000 dan pendiri organisasi nonpemerintah, Crisis Management Initiative, yang banyak berkiprah di bidang perdamaian dengan membantu penyelesaian konflik. Sebelum sukses mendamaikan Aceh, Martti dikenal aktif dalam misi perdamaian di Namibia, Afrika; perdamaian kawasan Balkan, Irlandia Utara, serta konflik Sunni Irak.
Keputusan Wapres Kalla mengutamakan temannya daripada berkumpul bersama anak dan cucunya pada hari Lebaran pertama tentu sebuah sikap yang menunjukkan persahabatan dan solidaritas yang kuat.
Akan tetapi, mungkinkah dengan kiprahnya dalam sejumlah perundingan damai selama ini, termasuk yang sekarang upayanya memfasilitasi perdamaian di Thailand Selatan, hanya mengejar penghargaan seperti yang diperoleh Martti Ahtisaari?
Wapres Kalla membantah. ”Saya bekerja untuk perdamaian, bukan untuk penghargaan. Saya juga bekerja untuk menyelamatkan jiwa manusia dan saya datang untuk mendamaikan bangsa. Saya ingin agar kalian dapat bekerja dengan enak. Jadi, bukan soal lambang-lambang (penghargaan). Lambang-lambang itu, menurut saya, hanya Tuhan lebih hebat yang harus dikejar. Lebih hebat dari penghargaan untuk manusia,” kata Wapres Kalla.
”Sama sekali tidak pernah saya mencari penghargaan. Pernahkah saya bicara untuk mengejar perdamaian? Saya tidak pernah berusaha untuk apa pun, terutama mendapatkan penghargaan. Saya hanya berdoa kepada Allah agar amal ibadah saya ini dapat diterima dengan baik,” lanjut Wapres.
Satu hari
Di Perancis, Wapres yang didampingi istrinya, Ny Mufidah Jusuf Kalla, dijadwalkan hanya selama satu hari. Setelah itu, ia akan langsung pulang ke Indonesia untuk berlebaran di kampung halamannya di Makassar, Sulawesi Selatan. (SUHARTONO)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.