Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Dua Sahabat asal Singapura Meraup Untung di Indonesia

Mereka merupakan pendiri dari Genesis Indojaya, perusahaan yang telah mengembangkan berbagai properti di Jakarta dan Bali. Meski kini meraup untung dari bisnis properti di Indonesia, keduanya berasal dari Singapura.

Melansir Yahoo Finance, mereka berdua bertemu saat menempuh pendidikan di sekolah militer pada 2004.

Pertemanan tersebut berlanjut saat Chua dan Ng menjadi rekan sekamar di Sheares Hall, satu dari enam asrama di National University of Singapore (NUS).

Keduanya merupakan mahasiswa di NUS Business School. Di sini, Chua mengambil jurusan double  degree di Hukum Bisnis, dan lulus dua tahun setelah Ng.

"Kami telah menjadi teman sejak masa militer, dan kami selalu mengobrol tentang bisnis apa yang ingin kami lakukan bersama," ujar Chua

Memulai bisnis bersama

Sejak masa kuliah, mereka berdua memang telah tertarik dalam dunia bisnis. Ini terbukti ketika mereka memulai bisnis bersama, yakni dengan membuka tempat pencucian mobil.

Meski sempat berjalan, namun akhirnya bisnis ini kandas karena mereka mengaku tidak dapat bersaing dengan pekerja asing yang dianggap lebih rajin.

Setelah itu, Chua dan Ng mendirikan kios bubble tea yang juga harus dijual ke rekan mereka setelah berjalan selama enam bulan.

Ng lulus pada 2009 dan kemudian bekerja di konsultan properti Knight Frank Singapore, sementara Chua bekerja di salah satu firma hukum terbesar di Singapura, Rajah & Tann.

Meski telah bekerja di tempat berbeda, keduanya masih bermimpi untuk membuka bisnisnya sendiri.

"Kami berencana masuk ke pengembangan properti, tetapi Anda tahu betapa mahalnya harga tanah di Singapura," kata Ng.

Chua dan Ng kemudian bertemu dengan seorang teman dari Indonesia yang mengenalkan mereka dengan bisnis properti di negeri ini. Dia mengatakan, harga tanah di Indonesia lebih murah.

Pada 2012, Chua dan Ng kemudian memutuskan untuk mendirikan perusahaan sendiri yang diberi nama Genesis Indojaya.

Dalam struktur perusahaan, Ng berperan sebagai direktur pelaksana sedangkan Chua sebagai penasihat ekuitas perusahaan, karena keahliannya dalam menyusun kontrak dan strategi.

Tak hanya berdua, mereka juga bekerja sama dengan teman Indonesia yang memilih untuk tidak dipublikasikan namanya.

Kendati demikian, sosok ini memiliki peran dalam membantu kedua orang ini mengembangkan dan mengurus perizinan setiap proyek yang mereka kerjakan.

Mendirikan Genesis Indojaya

Proyek pertama yang dikerjakan pembangunan 10 townhouse. Sebelumnya, mereka mendapatkan tanah seluas lapangan sepak bola dengan harga hanya 500.000 dollar Singapura atau sekiar Rp 4,3 miliar (rerata kurs 2013, 1 dollar Singapura = Rp 8.600).

Modal awal diperoleh melalui pinjaman dari teman dan keluarga.

"Kami mengatakan bahwa kami tidak bisa menjamin mereka mendapatkan uangnya kembali, namun kami menawarkan pengembalian sebesar 30 persen, 10 persen dalam jangka waktu lebih dari 2,5 tahun," lanjut Ng.

Selanjutnya mereka meningkatkan ekuitas dan membeli tanah tersebut pada 2013 dan mampu menggandakan uang yang dipinjam untuk pembangunan proyek pertama.

Namun hal ini tidak berjalan mulus seperti yang terlihat. Apalagi mereka berdua terhitung masih muda.

"Awalnya banyak investor yang pertama kali bertemu dengan kami khawatir karena mereka melihat kami sebagai dua orang pemuda dan relatif tidak berpengalaman saat itu," ucap Chua.

Mereka pun berhasil meyakinkan para investor. Terlebih, Chua yang membantu menyusun perjanjian, mengatakan selalu meminimalisasi potensi kerugian.

Investor akan mendapatkan pengembalian setelah penyelesaian setiap fase.

Proyek yang dikerjakan, lanjut Chua, mayoritas merupakan properti tapak di mana para pembeli merupakan penduduk lokal. Hal ini turut melindungi investor sampai batas tertentu.

Target menengah dan menengah ke atas

Setelah peroyek pertama selesai pada 2015, Chua dan Ng kemudian membangun perumahan kedua, yakni Jayana Villa. Ng mengatakan, target pembeli mereka adalah kalangan menengah dan menengah ke atas.

Oleh karena itu, rerata harga rumah yang dibangun antara 110.000 - 130.000 dollar Singapura atau sekitar Rp 1,1 miliar sampai Rp 1,36 miliar.

"Apa yang membedakan kami dari pengembang besar utama di Indonesia adalah kami dapat mengembangkan proyek-proyek dengan biaya yang sedikit lebih rendah dan menghasilkan produk yang berkualitas lebih baik," kata Ng.

Ng menambahkan, mereka saat ini juga fokus dalam menggarap proyek Transit Oriented Development (TOD) di dekat stasiun MRT dan perumahan cluster di pinggiran Jakarta.

Hingga saat ini, proyek terbesar yang pernah digarap adalah Citadines Berawa Beach Bali dengan nilai pengembangan bruto senilai 54 juta dollar Singapura ekuivalen Rp 568 miliar.

Sementara itu, Chua memperkirakan, nilai keseluruhan dari tujuh portofolio perusahaan sekitar 50 juta dollar AS-60 juta dolllar AS atau sekitar Rp 715 miliar-Rp 858 miliar.

Meski begitu, mereka berharap untuk mendaftarkan perusahaannya di bursa efek Singapura suatu hari nanti.

https://properti.kompas.com/read/2019/03/11/111951521/kisah-dua-sahabat-asal-singapura-meraup-untung-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke