Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sektor Properti Masih Lesu

Demikian Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto menjawab pertanyaan Kompas.com, Rabu (4/7/2018), di Jakarta.

Menurut Ferry perlambatan terjadi di semua sub sektor, terutama perkantoran. Selain itu juga performa pusat belanja (ritel), kawasan industri, apartemen strata dan sewa, hotel, serta rumah untuk ekspatriat yang menunjukkan stagnasi.

Meskipun ada pergerakan permintaan pada awal tahun, namun itu tidak cukup signifikan terhadap perbaikan kondisi pasar. Hal ini disebabkan, pasokan baru melebihi kebutuhan.

"Khusus untuk peningkatan permintaan ruang tidak sejalan dengan peningkatan tarif sewa," kata Ferry.

Alhasil, para pengembang dan pengelola gedung perkantoran lebih fokus pada strategi bagaimana tingkat keterisian (okupansi) terjaga, sehingga ruang-ruangnya tetap tersewa.

Sementara problem kelas menengah ke atas adalah sentimen negatif imbal hasil atau yield. Dalam dua tahun terakhir yield pasar belum terlalu besar. Hal ini disebabkan pasar sewa masih tiarap.

"Selain itu, masalah fiskal juga menjadi hambatan utama. Ke mana-mana orang mau beli apartemen seakan dimata-matai, dari mana uangnya, dan lain sebagainya," ungkap Ferry.

Karena faktor itulah, penjualan pun terus menurun. Meski demikian, apartemen menengah ke bawah masih menunjukkan kinerja lebih baik ketimbang kelas menengah atas.

Pada gilirannya, pasokan hingga akhir tahun pun akan didominasi apartemen kelas menengah bawah. Menurut Colliers, terdapat 64.660 unit pasokan baru atau atau 33 persen dari total pasokan hingga 2021.

Alhasil, pertumbuhan harga kurang dari 10 persen atau lebih rendah dari catatan 2011-2015 yang masih bertengger di angka 10-15 persen.

Sebagai informasi, harga rata-rata apartemen di Jakarta mencapai Rp 33,2 juta per meter persegi.

Kawasan Industri

Kinerja sub sektor kawasan industri juga tidak menunjukkan perkembangan signifikan, Tahun ini, Colliers melihat penyerapannya tidak setinggi tahun 2017.

"Kalangan industri lebih melihat situasi makro sehingga mereka menunda pembelian lahan atau gudang. Jadi, belum terealisasi dalam waktu dekat," tambah dia.

Selain politik, situasi makro lainnya yang menahan industri melakukan ekspansi adalah melonjaknya nilai tukar dollar AS terhadap Rupiah.

"Ini sangat memengaruhi ekspansi," tuntas Ferry.

https://properti.kompas.com/read/2018/07/04/223000021/sektor-properti-masih-lesu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke