Acara ini akan berlangsung mulai 26 Mei hingga 25 November 2018 di Giardini dan Arsenale dan di sekitar tempat lain di Venesia, Italia.
Bagi dunia seni Indonesia, perhelatan ini adalah sebuah perubahan yang menjanjikan. Melihat respon positif dalam keterlibatan di VBA 2014 lalu, Indonesia tentu akan memberikan yang terbaik untuk penyelenggaraan Venice Biennale Architecture 2018 nanti.
Bekraf bekerjasama dengan Ikatan Arsitek lndonesia (IAI) akan mewujudkan karya arsitektur dalam kegiatan tersebut dengan menunjuk Komisioner Venice Biennale Architecture 2018.
Komisioner ini terdiri dari Ricky Joseph Pesik (Wakil Kepala Bekraf) sebagai Ketua Komisioner dan Ahmad Djuhara (Ketua ikatan Arsitek indonesia) sebagai Anggota Komisioner.
“Pada 2014 lalu keikutsertaan arsitek Indonesia di ajang ini masih kurang terdengar. Diharapkan, dengan persiapan ini, keikutsertaan Indonesia bisa lebih baik dan terdengar bagi masyarakat,” ujar Ricky di Paviliun Indonesia, Senayan City, Jakarta, Jumat (11/8/2017).
Tiga tahun IaIu, Indonesia terlibat dalam La Biennaie di Venezia yang ke 14 dengan mempersembahkan karya berjudul Craftmanship: Material Consciousness karya Avianti Armand, Achmad D Tardiyana, Setiadi Sopandi, David Hutama dan Robin Hartanto.
Karya mereka mewakili indonesia yang dianggap menjawab tema Evolution of National Architecture for the Past 100 years.
Karya para arsitek berbakat Indonesia tersebut bercerita tentang pengalaman Indonesia dalam membangun sesuatu selama seratus tahun terakhir.
Yvonne Farrell dan Shelley McNamara selaku kurator pameran arsitektur internasional La Biennaie ke-16 telah memilih tema yang bertajuk Freespace.
Beberapa makna dari Freespace mereka artikan sebagai Freespace mendorong untuk meninjau cara berpikir, cara baru untuk melihat dunia, menemukan solusi di mana arsitektur menyediakan kesejahteraan dan martabat setiap warga negara dari planet ini.
Ada pertukaran antara orang dan bangunan yang terjadi, meski tidak dimaksudkan atau dirancang, sehingga bangunan sendiri menemukan cara untuk berbagi dan berhubungan dengan orang dari waktu ke waktu, lama setelah arsitek meninggalkan tempat kejadian.
Arsitektur memiliki kehidupan yang aktif sekaligus pasif. Freespace mencakup kebebasan untuk membayangkan, ruang bebas waktu dan memori, masa lalu yang terdegradasi, sekarang dan masa depan bersama, dibangun di atas lapisan budaya yang diwariskan, menenun kuno dengan kontemporer.
Freespace menggambarkan kemurahan hati semangat dan rasa kemanusiaan sebagai inti agenda arsitektur, dengan fokus pada kualitas ruang itu sendiri.
https://properti.kompas.com/read/2017/08/11/195739921/tahun-depan-karya-arsitek-indonesia-tampil-di-italia