JAKARTA, KompasProperti - Sebelum toko furnitur internasional digandrungi warga Jakarta dan sekitarnya, sepanjang Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, adalah salah pusat furnitur terlengkap.
Toko furnitur, mulai dari lemari, tempat tidur, meja makan, sampai aksesori untuk rumah berderet di sana.
Plaza Mebel merupakan pelopor dan primadonanya. Pusat perabotan rumah yang berdiri sejak 5 Februari 1990 ini, diklaim terbesar pada zamannya.
Layaknya mal, pusat furnitur ini terdiri dari 108 toko yang menjual produk furnitur dengan berbagai merek.
Selasa (31/1/2017) pagi, KompasProperti berkunjung ke sana dan mengamati bahwa toko-toko di dalamnya menyediakan furnitur dengan bermacam-macam gaya, seperti classic european, vintage, shabby chic, mediterranean, minimalis, sampai industrialis.
Menurut Managing Director Retail FARPOINT (pengelola Plaza Mebel) Percy Marimba, 80 persen penyewa merupakan produsen furnitur lokal.
Di mata warga Jakarta generasi baby boomers, Plaza Mebel dipercaya sebagai pemasok furnitur berkualitas dan sangat beragam.
Bahkan, Presiden ke-6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun pernah berbelanja di sini.
“Kalau tidak salah untuk mengisi rumahnya yang di Cikeas. Waktu itu Paspampres-nya ambil di toko ini,” cerita Percy sambil menunjuk ke toko Duke’s yang terletak di lantai 2 Plaza Mebel. Toko tersebut menjual furnitur bergaya Eropa klasik.
Keberadaan peritel furnitur baru ini lebih unggul karena membawa label internasional. Tidak bisa dimungkiri, masyarakat Indonesia kadang meyakini produk luar punya mutu, dan gengsi lebih bagus ketimbang buatan lokal.
Meski begitu, pelanggan loyal, diakui Percy, masih tetap ada. Menggaet konsumen baru pun terasa cukup sulit.
Pasalnya, saat ini orang-orang Jakarta modern lebih kenal toko furnitur internasional, lalu lupa bahwa ada pelopor toko furnitur yang masih berdiri kokoh di kawasan Fatmawati.
Mulai berbenah
Tak mengherankan jika warga Jakarta lebih memilih toko furnitur modern. Dari segi bangunan, Plaza Mebel memang tampak jadul alias kuno.