Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biaya Pengolahan Limbah Jakarta Diperkirakan Sama Mahalnya dengan Reklamasi

Kompas.com - 15/05/2016, 07:45 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau Pembangunan Terpadu Pesisir Ibu Kota Negara mencakup salah satunya proyek tanggul raksasa.

Tanggul ini diklaim bisa mengatasi masalah penurunan muka tanah di Jakarta. Namun, tanggul raksasa ini dikhawatirkan justru akan menimbulkan masalah baru di masa depan.

Masalah lingkungan juga akan bertambah buruk setelah adanya proyek reklamasi 17 pulau.

Salah di antaranya adalah masalah limbah dan sedimentasi yang lebih parah. Untuk mengatasi limbah dan sedimentasi ini, harus dilakukan pencucian atau pengolahan.

"Biayanya diperkirakan sama mahalnya dengan biaya reklamasi, apa mereka (pemerintah) mau sampai ke situ?" ujar Koordinator Bidang Kajian Strategis Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) Alan F Koropitan saat diskusi terkait NCICD di Goethe Institue, Jumat (13/5/2016).

Seperti diketahui, Teluk Jakarta merupakan hilir dari 13 sungai. Ke-13 sungai ini, jika tidak dipisahkan antara drainase dengan sewage-nya akan membawa limbah cair baik dari logam maupun organik.

Jika di Teluk Jakarta dibangun tanggul laut raksasa, maka limbah-limbah dari 13 sungai tersebut akan bercampur.

Tidak hanya itu, limbah-limbah tersebut juga akan mengendap menjadi sedimentasi. Sebelum adanya tanggul laut, di Teluk Jakarta sudah terjadi endapan sedimentasi.

Diperkirakan, sedimentasi ini akan meningkat drastis setelah adanya tanggul laut bahkan mencapai 50-60 cm per tahun.

Pasalnya, sedimentasi ini tidak tercuci secara alami dengan gelombang laut yang tertahan akibat tanggul laut raksasa. Pada akhirnya sedimentasi akan berdiam di Teluk Jakarta.

"Adanya reklamasi semakin parah. Tanggul laut raksasa plus reklamasi ya tingkat keparahannya lebih tinggi lagi. Biaya pemulihan atau recovery akan besar," tandas Alan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com