Karena itu, ibu kota Jawa Barat ini pantas mewakili Indonesia menjadi finalis "World Smart City Awards 2015" dan mengalahkan kota-kota lainnya di dunia.
"Dibandingkan dengan Jakarta, Bandung lebih cerdas. Kota ini tidak sekadar memanfaatkan teknologi sebagai sarana menyampaikan informasi, juga membangun kualitas manusianya, warganya," ujar Yayat kepada Kompas.com, Rabu (18/11/2015).
Menurut Yayat, ada beberapa hal yang membuat kota berjuluk Parijs van Java ini lebih cerdas ketimbang Jakarta dan kota-kota lainnya.
Pertama, terang Yayat, kota Bandung dibangun dengan melibatkan partisipasi aktif warganya. Visi Bandung menjadi kota yang kreatif dan inovatif lebih punya makna dan sesuai dengan keinginan warganya.
Kedua, Bandung memiliki "aktor" Ridwan Kamil yang juga cerdas sebagai pemimpin. Aktor ini, kata Yayat mampu menerjemahkan rancangan dan struktur kota menjadi kultur baru yang disadari warganya bisa membawa Bandung ke arah yang lebih baik.
"Ada semangat inovasi dan kreativitas yang ditularkan sang aktor kepada warganya," cetus Yayat.
Dia mencontohkan, semangat inovasi dan kreativitas itu menjalar hingga semua lapisan masyarakat. Mulai dari kalangan elite, hingga komunitas-komunitas perkotaan.
Hal itu terlihat dari komunitas "bobotoh" yang mengidolakan klub sepakbola Persib. Eksistensi komunitas ini tak hanya hidup di kota Bandung, melainkan di kota-kota lain seperti Sidoarjo, Surabaya, Madiun, Banjarmasin, dan lain-lain.
"Faktor ketiga adalah esensi sebuah kota yang memanusiakan warganya. Smart city dan smart people harus berjalan seiring, dan Bandung menuju ke arah itu," tandas Yayat.
Meski dari segi tata ruang dan transportasi publik, Bandung masih kedodoran namun kecerdasan kota dalam memanfaatkan teknologi, mampu menciptakan kultur baru di masyarakatnya.
"Karenanya kota berjalan lebih efektif dan efisien dibanding sebelumnya. Terlihat dari pengelolaan sampah, keamanan dan ketertiban, kebersihan, kreativitas, ekonomi kerakyatan dan lingkungan," papar Yayat.
Hitungan ekonomi
Sementara Jakarta, menurut Yayat gagal dalam mengelola kotanya termasuk dalam menangani masalah sampah, banjir, dan kemacetan.