Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Over Supply", Perkantoran Jakarta Dihantui Kekosongan

Kompas.com - 01/10/2015, 11:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gedung-gedung perkantoran di pusat bisnis atau central business district (CBD) Jakarta dihantui kekosongan. Hal ini dipicu terbatasnya permintaan, sementara beberapa gedung yang baru saja selesai dibangun dan beroperasi mencatat tingkat okupansi rendah. Akibatnya, pasar mengalami kelebihan pasokan (over supply).

Menurut laporan Savills Indonesia, tingkat kekosongan perkantoran di CBD Jakarta terus berlanjut. Jika sebelumnya 4,8 persen, melonjak menjadi 8,4 persen pada pertengahan 2015. Terbatasnya permintaan memicu tingkat serapan jatuh menjadi hanya seluas 16.000 meter persegi.

Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2014, tingkat serapan pada semester pertama tahun 2015, anjlok sekitar 60 persen. Ini merupakan kinerja terburuk dalam sepuluh tahun terakhir.

Head of Research and Colsultancy Savills Indonesia, Anton Sitorus, menjelaskan, kondisi aktual sektor perkantoran ini tak lepas dari aktivitas bisnis dan sentimen investor yang melemah sebagai dampak krisis ekonomi domestik.

"Permintaan ruang kantor dan transaksi menurun drastis sepanjang semester I-2015 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sebagian besar penyewa yang ada dan calon penyewa mengambil sikap menunggu (wait and see)," ujar Anton dalam laporan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (30/9/2015).

Secara umum, perkantoran Grade A dan B, lanjut Anton, masih menyerap sebagian besar permintaan dalam beberapa tahun terakhir. Seiring terbatasnya permintaan, tingkat kekosongan di sebagian besar segmen perkantoran tetap stabil, kecuali di segmen perkantoran Grade A yang disebabkan peningkatan jumlah pasokan signifikan selama periode ini.

www.shutterstock.com Ilustrasi
Sementara perkantoran premium, Grade B dan C mencatat tingkat kekosongan masing-masing 2,5 persen, 5,7 persen, dan 4,8 persen. Sedangkan ruang perkantoran yang tersedia, untuk Grade A melonjak dari sebelumnya 6,4 persen pada akhir 2014 menjadi 17,1 persen pada pertengahan tahun ini.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau