Direktur Central Cipta Murdaya Holding (CCM), Karuna Murdaya, mengatakan, sektor perkantoran sangat bergantung pada faktor eksternal yakni kuatnya nilai tukar dollar, dan pertumbuhan ekonomi AS.
"Tergantung AS. Kalau dollar terus naik, Rupiah melemah, daya beli turun. Siapa yang mau investasi di Indonesia. Lagipula pembangunan infrastruktur juga lambat, transportasi jalan di tempat, Jakarta macet. Banyak hal yang bikin pasar perkantoran tidak pasti," papar Karuna kepada Kompas.com, usai penganugerahan Indonesia Property Awards 2015, di InterContinental Hotel, Jakarta, Kamis malam (3/9/2015).
Karuna melanjutkan, sentimen ekonomi saat ini sedang negatif untuk sub-sektor perkantoran grade A dan premium. Pelemahan Rupiah telah membuat ongkos konstruksi melambung sebagai akibat harga komponen impor macam lift, genset, cladding material, building automation system (BAS), dan lain-lainnya juga melonjak.
Kondisi makin diperparah, kata Karuna, sejak Bank Indonesia (BI) mengeluarkan Surat Edaran BI (SEBI) No.17/11/DKSP tanggal 1 Juni 2015 tentang kewajiban menggunakan Rupiah untuk setiap transaksi di dalam negeri. Kewajiban tersebut juga tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.17/3/PBI/2015, tentang kewajiban penggunaan rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Itu bikin harga material dari supplier makin tinggi. Ongkos konstruksi jadi membengkak. Saat ini saja kami mengalokasikan 230 juta dollar AS untuk bangun World Trade Center (WTC) 3 Sudirman. Tapi itu angka bakal berubah lagi karena pasar masih tidak pasti," ungkap Karuna.
"Sekarang memang pasar sedang lesu, pasokan lebih banyak dan permintaan nggak ada. Itu kami pertimbangkan juga. Tapi seharusnya pemerintah melakukan sesuatu yang bisa menggenjot bisnis lebih kondusif, seperti pembangunan infrastruktur yang dipercepat, dan pembenahan transportasi," tandas Karuna.
Menurut hasil riset Colliers International Indonesia, hingga 2018 mendatang sekitar 95 persen perkantoran di CBD Jakarta sedang dalam tahap konstruksi. Tak main-main jika kelak proyek-proyek tersebut rampung, akan menambah 2 juta meter persegi ruang kantor baru.
Sementara di sisi lain, tingkat hunian perkantoran justru terus menurun sejak 2013. Tingkat hunian perkantoran pada 2013 masih bertengger di angka 96,5 persen. Sejak saat itu terus melorot menjadi 93,7 persen pada kuartal II-2015.