Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadapi MEA, Jasa Konstruksi Harus Libatkan Teknologi

Kompas.com - 31/08/2015, 17:03 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Di antara 10 negara di ASEAN, Indonesia berada di tengah-tengah dalam hal pertumbuhan produk domestik bruto (PDB). Artinya, negara kita sedikit di bawah Malaysia, Thailand, dan Singapura, namun dibandingkan Laos, Kamboja, dan Vietnam, Indonesia masih unggul.

Menurut Direktur Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Indonesia Mohammed Ali Berawi, peringkat PDB tersebut merupakan kesempatan bagi pemain konstruksi Indonesia untuk bersaing saat Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) berlaku akhir 2015 nanti.

"Kalau MEA dieksekusi, kita bisa penetrasi pasar. Negara-negara berkembang secara intensif membangun gedung. Di MEA, kita berkompetisi dengan negara yang teknologinya jauh lebih maju. Kita punya kesempatan," ujar Ali saat Forum Group Discussion (FGD) Telaah Urgensi Rencana Undang-undang (RUU) Arsitek dan RUU Jasa Konstruksi, di Kompleks DPR/MPR, Jakarta, Senin (31/8/2015).

Ali mengakui, MEA memang menguntungkan negara paling maju. Namun, peran Indonesia sangat signifikan, mengingat sukses tidaknya MEA ditentukan juga oleh Indonesia. Karena negara kepulauan ini memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mumpuni.

Potensi Indonesia cukup baik mulai dari shifting yang berbasis alam maupun berbasis manusia. Indonesia juga memiliki pasar yang baik soal konstruksi. Dengan berlakunya MEA, maka akan tercipta kesempatan investasi asing masuk di Indonesia.

Ali menjelaskan, Tiongkok lebih maju karena memiliki Hongkong. Di ranah ASEAN, Indonesia memiliki jaringan dekat dengan Singapura, yang bisa menjadi jembatan untuk jaringan investasi yang jauh lebih baik. "MEA itu filosofinya harus saling melengkapi. Memang ada tantangan, tapi pasti bisa diatasi," kata Ali.

www.shutterstock.com Ilustrasi.
Bisnis lebih menarik

Tantangan tersebut, antara lain adalah soal edukasi, koordinasi, dan birokrasi. Dengan demikian, peran serta UU konstruksi sangat berpengaruh. Dalam UU konstruksi, perlu ada pengkajian mulai dari membangun gedung, sampai proses renovasi beberapa tahun kemudian.

Saat ini, menurut Ali, ketika proses tender, biasanya satu kontraktor bisa mengambil alih seluruh bagian tersebut. Namun, perlu diingat bahwa ada perubahan paradigma, jangan sampai saat membangun, kontraktor lupa bagaimana gedung beroperasi atau dirawat. Kontraktor juga perlu memikirkan usia bangunan, misalnya sampai 40 tahun.

Jika mempertimbangan hal-hal tersebut, perhitungannya bisa berubah total, mulai dari pembiayaan proyek, hingga desain. Ali mencontohkan, saat membangun gedung convention center, kontraktor bisa saja mengurangi anggaran sehingga biaya pembangunan bisa lebih murah. Namun, pada saat perawatan, biayanya justru bisa jadi lebih mahal.

Sebaliknya, saat kontraktor menyematkan teknologi smart building atau bangunan pintar yang ramah lingkungan, biaya pembangunan awalnya lebih mahal. Meski demikian, operasinya dalam kurun waktu 30-40 tahun, bisa lebih murah.

Ali berharap, RUU bisa fokus terhadap pemakaian teknologi. "Supaya menciptakan nilai tambah dan bisnis kontruksi menjadi lebih menarik. Proyek-proyek harus berbasis nilai tambah dengan adanya alih teknologi," kata Ali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Hingga Awal November, 1,9 Juta Sertifikat Tanah Elektronik Diterbitkan

Hingga Awal November, 1,9 Juta Sertifikat Tanah Elektronik Diterbitkan

Berita
Begini Cara Cek Nilai Tanah di Suatu Daerah Secara Online

Begini Cara Cek Nilai Tanah di Suatu Daerah Secara Online

Berita
Mau Bikin AJB Tanah atau Rumah? Berikut Syarat dan Cara Mengurusnya

Mau Bikin AJB Tanah atau Rumah? Berikut Syarat dan Cara Mengurusnya

Berita
Hingga Oktober, Pemerintah Gelontorkan Rp 282,9 Triliun buat Infrastruktur

Hingga Oktober, Pemerintah Gelontorkan Rp 282,9 Triliun buat Infrastruktur

Berita
119,7 Juta Bidang Tanah Telah Terdaftar melalui PTSL

119,7 Juta Bidang Tanah Telah Terdaftar melalui PTSL

Berita
Jalan Tol Tanjung Pura-Pangkalan Brandan Akan Difungsikan saat Nataru

Jalan Tol Tanjung Pura-Pangkalan Brandan Akan Difungsikan saat Nataru

Berita
Persiapan PP Jelang Nataru, Mulai Jalan Tol hingga Mal

Persiapan PP Jelang Nataru, Mulai Jalan Tol hingga Mal

Berita
'Face Recognition' Digunakan 5,8 Juta Kali, Terbanyak di Stasiun Gambir

"Face Recognition" Digunakan 5,8 Juta Kali, Terbanyak di Stasiun Gambir

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Belitung Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Belitung Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Dibanderol Rp 1,5 Miliar, Rumah di Sawangan Ini Tak Butuh Renovasi Lagi

Dibanderol Rp 1,5 Miliar, Rumah di Sawangan Ini Tak Butuh Renovasi Lagi

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Belitung: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Belitung: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Clement Francis Terpilih Jadi Ketua Umum AREBI 2024-2027

Clement Francis Terpilih Jadi Ketua Umum AREBI 2024-2027

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Tengah: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Tengah: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Selatan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Selatan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
REI Nilai Gebrakan Ara Bertolak Belakang dengan Satgas Perumahan

REI Nilai Gebrakan Ara Bertolak Belakang dengan Satgas Perumahan

Berita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau