KOMPAS.com - Setelah bertekuk lutut akibat gelembung pasar properti pada empat tahun silam (2011), Vietnam mulai kembali melejit dengan kegiatan konstruksi yang terjadi di pusat bisnisnya, Ho Chi Minh.
Hal itu ditandai dengan pengembangan dua gedung pencakar langit dan sejumlah proyek properti multifungsi dengan progres luar biasa cepat. Tentu saja, kecepatan pembangunan, dan pulihnya pasar properti di negara sosialis ini mengejutkan banyak pihak. Transaksi properti meningkat hingga dua kali lipat dengan nilai 6 miliar dollar AS.
"Saya bisa menjual sekitar tiga sampai lima unit per bulan sekarang, jauh lebih baik dari sebelumnya, ketika saya hanya bisa menjual dengan jumlah sama sepanjang tahun," ujar broker paruh waktu, Dung.
Tak hanya itu, mereka juga melakukan restrukturisasi sektor perbankan. Pada 2013, pemerintah memberi stimulus untuk sektorproperti 1,4 miliar dollar AS, dan telah menempatkan persyaratan keuangan yang lebih kuat dan ketat untuk pengembang properti.
Setelah kebijakan-kebijakan tersebut berjalan, baru pada 1 Juli 2015, pemerintah melonggarkan pengetatan. Terutama untuk keran investasi asing, perusahaan asing, pembeli asing, dan "viet kieu" atau orang Vietnam di mancanegara yang keluarganya melarikan diri dari tanah air ketika pemerintah komunis di utara menaklukkan pemerintah di selatan pada 1975.
Kebijakan kepemilikan properti warga negara asing (WNA) itu ternyata telah membuka pasar seluas-luasnya dan secara progresif menjadikan Vietnam sebagai kuda hitam, wilayah ekspansi investasi global.
Dari total 112 unit yang terjual itu, 70 persen di antraranya dibeli oleh orang asing, dan perusahaan asing yang membeli untuk akomdoasi karyawannya. Sebut saja perusahaan Intel, dan Samsung.
Kelas menengah
Beberapa analis percaya, kebangkitan Vietnam ini tak lepas dari pertumbuhan ekonomi yang "nangkring" di angka 6,18 persen pada semester pertama 2015. Ini merupakan laju ekonomi tercepat sejak krisis 2008 silam.
Ekspansi kelas menengah juga tak dinafikan, turut mendorong pasar properti semakin menggeliat. Kelas menengah ini berasal dari kelas menengah yang bekerja di dalam negeri, dan mancanegara.
"Ada 4,2 juta kelas menengah Vietnam yang bekerja di luar negeri dan sekitar 30.000 eksekutif asing yang bekerja di sini dalam jangka panjang. Mereka pemicu meningkatnya kebutuhan properti," tandas Presiden Asosiasi Pengembang Vietnam, Le Hoang Chau, seperti dikutip Reuters.
Pertumbuhan tidak hanya terjadi pada segmen penjualan, melainkan juga harga. Untuk apartemen kelas atas di pusat bisnis, harga rerata mencapai 1.900 dollar AS per meter persegi, 1.600 dollar AS per meter persegi di luar pusat bisnis, dan 1.600 dollar AS per meter persegi di ibu kota Hanoi.
Sementara pada tahun 2014, harga rerata masing-masing 1.600 dollar AS per meter persegi di pusat bisnis, dan 1.450 dollar AS per meter persegi di luar pusat bisnis dan ibu kota Hanoi.